Kuliah Akuntansi

Archive for the ‘Akuntansi’ Category

PROSEDUR AKHIR PERIODE PADA PERUSAHAAN DAGANG

1. Pembuatan Jurna Penyesuaian
2. Penyusunan Neraca Lajur
3. Penyusunan Laporan Keuangan
4. Pembuatan Jurnal Penutup

 Pembahasan akan difokuskan pada perlakuan atas rekening-rekening yang hanya terdapat di perusahaan dagang.

JURNAL PENYESUAIAN

 Jurnal penyesuaian untuk mencatat Harga Pokok Penjualan dan persediaan akhir:

1. Harga Pokok Penjualan xxx
Persediaan Barang dagangan xxx
( Untuk memindahkan persediaan awal
ke rekening Harga Pokok Penjualan)

2. Harga Pokok Penjualan xxx
Pembelian xxx
( Untuk memindahkan saldo rekening
Pembelian ke rekening Harga-
Pokok Penjualan)

3. Persediaan Barang dagangan xxx
Harga Pokok Penjualan xxx
( Untuk mencatat saldo persediaan akhir)

Apabila dalam buku besar terdapat rekening-rekening yang berpengaruh terhadap pembelian, seperti Biaya Angkut Pembelian, Retur dan Potongan Pembelian, dan Potongan Tunai Pembelian, maka saldo rekening tersebut harus dipindahkan juga ke rekening Harga Pokok Penjualan, dengan jurnal penyesuaian sbb:

Harga Pokok Penjualan xxx
Biaya Angkut Pembelian xxx
(Untuk memindahkan saldo rekening
Biaya Angkut Pembelian ke rekening
Harga Pokok Penjualan)

Retur dan Potongan Pembelian xxx
Harga Pokok Penjualan xxx
(Untuk memindahkan saldo rekening
Retur dan Potongan Pembelian ke
Rekening Harga Pokok Penjualan)

Potongan Tunai Pembelian xxx
Harga Pokok Penjualan xxx
(Untuk memindahkan saldo rekening
Potongan Pembelian ke rekening
Harga Pokok Penjualan)

Contoh:

Pada akhir bulan Oktober 2003 data untuk penyesuaian pembukuan perusahaan Nusantara adalah sbb:
1. Persediaan barang dagangan per 31 Oktober 2003 Rp 50.000,-
2. Asuransi dibayar di muka Rp 12.000,-
3. Advertensi dibayar di muka Rp 6.000,-
4. Gaji pegawai yang masih harus dibayar Rp 9.000,-
5. Sewa yang masih harus dibayar Rp 4.000,-
6. Depresiasi gedung 10% per tahun.

NERACA LAJUR

Prosedur pembuatan Neraca Lajur sama dengan Perusahaan Jasa

Contoh:

LAPORAN KEUANGAN

 Disusun dari data yang ada di Neraca Lajur.

 Untuk rekening Harga Pokok Penjualan (HPP), di kolom Rugi-Laba Neraca Lajur tercantum satu jumlah, tetapi dalam Laporan Rugi-Laba, angka tersebut harus dirinci dengan menunjukkan Persediaan awal, Pembelian, dan Persediaan akhir yang menghasilkan angka HPP tersebut.

Contoh:

JURNAL PENUTUP

1. Penutupan Rekening-rekening Pendapatan

Penjualan xxx
Retur dan Potongan Penjualan xxx
Potongan Tunai Penjualan xxx
(Untuk memindahkan saldo rekening-rekening
pengurang penjualan ke rekening Penjualan)

Penjualan xxx
Rugi-Laba xxx
(Untuk memindahkan saldo rekening
Penjualan neto ke rekening Rugi-Laba)

Apabila perusahaan memiliki rekening-rekening pendapatan yang lain, seperti Pendapatan Sewa, Pendapatan Bunga, dll, harus ditutup ke rekening Rugi-Laba.

Pendapatan Sewa xxx
Pendapatan Bunga xxx
Rugi-Laba xxx
(Untuk memindahkan saldo rekening
pendapatan lainnya ke rekening Rugi-Laba)

2. Penutupan Rekening-rekening Biaya

Rugi-Laba xxx
Biaya…. xxx
Biaya….. xxx
(Untuk memindahkan saldo rekening-rekening
Biaya ke rekening Rugi-Laba)

3. Penutupan Rekening Rugi-Laba

Rugi-Laba xxx
Modal…. xxx
(Untuk memindahkan saldo rekening-rekening
Modal ke rekening Rugi-Laba)

4. Penutupan Rekening Prive

Modal xxx
Prive xxx
(Untuk memindahkan saldo rekening Prive
ke rekening Modal)

NERACA SALDO SETELAH TUTUP BUKU

Sama dengan perusahaan jasa (untuk memastikan bahwa saldo-saldo yang terdapat dalam pembukuan dalam keadaan seimbang dan sesuai dengan saldo yang dilaporkan dalam neraca.

HARGA POKOK PENJUALAN

 Dalam perusahaan dagang, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dari hasil penjualan meliputi
– harga pokok (cost) barang yang terjual
– biaya operasi yang terjadi selama periode ybs.

 Harga pokok barang yang telah laku dijual biasa disebut Harga Pokok Penjualan (HPP).

 Dalam suatu toko pakaian, yang disebut HPP meliputi semua biaya yang dikeluarkan untuk membeli kemeja, rok, blouse, & barang dagangan lain yang telah laku dijual dalam suatu periode.
Biaya Operasinya meliputi semua biaya yang berhubungan dengan kegiatan penjualan dan administrasi toko, seperti biaya sewa, gaji pegawai, biaya listrik, dll.

PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN

 Persediaan pada perusahaan dagang disebut persediaan barang dagangan atau sering disingkat persediaan, yang terdiri dari barang-barang yang disediakan untuk dijual kepada para konsumen selama periode normal kegiatan perusahaan.

 Persediaan yang dimiliki perusahaan pada awal (hari pertama) suatu periode akuntansi disebut persediaan awal.

 Persediaan yang dimiliki perusahaan pada hari terakhir dari suatu periode akuntansi disebut persediaan akhir.

 Persediaan akhir suatu periode akan menjadi persediaan awal periode akuntansi berikutnya.

 Persediaan akhir dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva lancar.

 Ada 2 metode untuk menentukan persediaan akhir dan HPP:
1. Metode Persediaan Periodik
2. Metode Persediaan Perpetual

Selanjutnya, yang digunakan dalam bab ini : Metode persediaan periodik.

Metode Persediaan Periodik / Persediaan Fisik

 Umumnya digunakan pada perusahaan yang menjual barang dagangan dengan harga relatif murah, tetapi frekuensi penjualannya sangat sering.

 Jurnal Pembelian barang dagangan:
Pembelian …………………………………. Rp xxx
Kas/Utang Dagang..………………… Rp xxx

 Jurnal Penjualan barang dagangan:
Kas/Piutang Dagang …………….………. Rp xxx
Penjualan …………………..………. Rp xxx

 Rekening Persediaan tidak digunakan untuk mencatat pertambahan persediaan karena transaksi pembelian dan tidak digunakan untuk mencatat pengurangan persediaan karena transaksi penjualan.

 Persediaan yang ada pada suatu saat tertentu dan Harga pokok penjualan dapat diketahui dari perhitungan fisik persediaan yang ada di gudang, yang biasanya dilakukan menjelang penyusunan laporan keuangan.

 Hal-hal yang mempengaruhi penentuan Harga pokok penjualan:
1. Harga pokok barang yang ada pada awal periode (persediaan awal)
2. Harga pokok barang yang dibeli selama periode (harga pokok pembelian)
3. Harga pokok barang yang belum terjual dan ada dalam persediaan pada akhir periode (persediaan akhir)

Contoh perhitungan Harga pokok penjualan (HPP) :

Jika diketahui persediaan awal periode Rp 120.000,0, harga pokok pembelian selama periode Rp 800.000,-, dan persediaan akhir periode Rp 140.000,-:

Persediaan Awal ………………………………………….. Rp 120.000,-
Tambah: Harga pokok pembelian selama periode ……. Rp 800.000,-

Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual ……….. Rp 920.000,-
Kurang: Persediaan akhir ………………………………… Rp 140.000,-

Harga pokok penjualan …………………………………… Rp 780.000,-

HARGA POKOK PEMBELIAN

 Ditentukan oleh:
1. Harga pokok barang yang dibeli (angkanya diperoleh dari rekening pembelian)
2. Dikurangi penyesuaian karena adanya retur dan potongan pembelian (angka transaksi ini dicatat dalam rekening khusus yang terpisah dari rekening pembelian)
3. Dikurangi penyesuaian karena adanya potongan tunai pembelian (angka transaksi ini dicatat dalam rekening khusus yang terpisah dari rekening pembelian)
4. Ditambah penyesuaian karena adanya biaya pengangkutan untuk mengangkut barang sampai di gudang perusahaan (angka transaksi ini dicatat dalam rekening yang terpisah dari rekening pembelian)

Potongan Rabat

 Yaitu: Potongan khusus, yang berupa pengurangan harga dari daftar harga resmi/katalog

 Potongan rabat diberikan oleh pabrik atau grosir kepada pembeli tertentu, seperti dealer atau pembeli yang melakukan pembelian dalam jumlah besar.

 Rabat dapat ditetapkan dengan tarif tunggal atau berganda

 Contoh: barang dengan harga menurut daftar sebesar Rp 100.000,- dijual dengan rabat 30%. Harga jual sesungguhnya menjadi Rp 70.000,- dengan perhitungan:

Harga menurut daftar ………………………………… Rp 100.000,-
Dikurangi: Rabat 30% x Rp 100.000,- ……………… Rp 30.000,-

Harga jual ……………………………………………… Rp 70.000,-

Untuk konsumen tertentu, kadang-kadang penjual memberikan rabat berganda, misal 30% san 10%. Dalam contoh di atas, harga jualnya menjadi Rp 63.000,-, dengan perhitungan sbb:

Harga menurut daftar ………………………………… Rp 100.000,-
Dikurangi: Rabat pertama 30% x Rp 100.000,- …… Rp 30.000,-

Sisa ……..……………………………………………… Rp 70.000,-
Dikurangi : Rabat kedua 10% x Rp 70.000,- ………. Rp 7.000,-

Harga jual ……………………………………………… Rp 63.000,-

 Rabat tidak dicatat dalam pembukuan, baik dalam pembukuan pembeli atau penjual, tetapi hanya untuk menentukan harga jual sesungguhnya.

Biaya Angkut Pembelian

 Merupakan biaya untuk mengangkut barang dari tempat penjual ke tempat pembeli.

 Biaya ini dapat menjadi beban penjual atau pembeli.

 Apabila menjadi beban pembeli, biaya ini akan menambah harga pokok barang yang dibeli.

 Jurnal untuk mencatat biaya ini:
Biaya Angkut Pembelian …………………. Rp xxx
Kas …………………………………… Rp xxx

 Rekening Biaya angkut pembelian dilaporkan dalam laporan rugi-laba pada bagian Harga pokok penjualan, sebagai penambah pembelian bersih.

HARGA POKOK BARANG YANG TERSEDIA UNTUK DIJUAL

 Yaitu : Harga pokok pembelian dari seluruh barang yang dibeli selama periode, ditambah harga pokok persediaan yang ada pada awal periode (persediaan awal)

 Contoh: lihat Laporan Rugi-laba (sebagian) PT. Langgeng

PERSEDIAAN AKHIR

 Harga pokok persediaan akhir periode : Hasil perhitungan jumlah fisik persediaan dikalikan dengan harga pokok yang sesuai.

HARGA POKOK PENJUALAN

 Harga pokok penjualan: Persediaan awal ditambah harga pokok barang yang dibeli, dikurangi persediaan akhir.

Akuntansi dikenal sebagai sistem pembukuan “double entry”. Menurut sejarah yang diketahui awam dan terdapat dalam berbagai buku “Teori Akuntansi”, disebutkan muncul di Italia pada abad ke-13 yang lahir dari tangan seorang Pendeta Italia bernama Luca Pacioli. Beliau menulis buku “Summa de Arithmatica Geometria et Propotionalita” dengan memuat satu bab mengenai “Double Entry Accounting System”. Dengan demikian mendengar kata ”Akuntansi Syariah” atau “Akuntansi Islam”, mungkin awam akan mengernyitkan dahi seraya berpikir bahwa hal itu sangat mengada-ada.

Namun apabila kita pelajari “Sejarah Islam” ditemukan bahwa setelah munculnya Islam di Semananjung Arab di bawah pimpinan Rasulullah SAW dan terbentuknya Daulah Islamiah di Madinah yang kemudian di lanjutkan oleh para Khulafaur Rasyidin terdapat undang-undang akuntansi yang diterapkan untuk perorangan, perserikatan (syarikah) atau perusahaan, akuntansi wakaf, hak-hak pelarangan penggunaan harta (hijr), dan anggaran negara. Rasulullah SAW sendiri pada masa hidupnya juga telah mendidik secara khusus beberapa sahabat untuk menangani profesi akuntan dengan sebutan “hafazhatul amwal” (pengawas keuangan). Bahkan Al Quran sebagai kitab suci umat Islam menganggap masalah ini sebagai suatu masalah serius dengan diturunkannya ayat terpanjang , yakni surah Al-Baqarah ayat 282 yang menjelaskan fungsi-fungsi pencatatan transaksi, dasar-dasarnya, dan manfaat-manfaatnya, seperti yang diterangkan oleh kaidah-kaidah hukum yang harus dipedomani dalam hal tersebut. Sebagaimana pada awal ayat tersebut menyatakan “Hai, orang-orang yang beriman apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya………”

Dengan demikian, dapat kita saksikan dari sejarah, bahwa ternyata Islam lebih dahulu mengenal system akuntansi, karena Al Quran telah diturunkan pada tahun 610 M, yakni 800 tahun lebih dahulu dari Luca Pacioli yang menerbitkan bukunya pada tahun 1494.
Dari sisi ilmu pengetahuan, Akuntansi adalah ilmu informasi yang mencoba mengkonversi bukti dan data menjadi informasi dengan cara melakukan pengukuran atas berbagai transaksi dan akibatnya yang dikelompokkan dalam account, perkiraan atau pos keuangan seperti aktiva, utang, modal, hasil, biaya, dan laba. Dalam Al Quran disampaikan bahwa kita harus mengukur secara adil, jangan dilebihkan dan jangan dikurangi. Kita dilarang untuk menuntut keadilan ukuran dan timbangan bagi kita, sedangkan bagi orang lain kita menguranginya. Dalam hal ini, Al Quran menyatakan dalam berbagai ayat, antara lain dalam surah Asy-Syu’ara ayat 181-184 yang berbunyi:”Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu.”
Kebenaran dan keadilan dalam mengukur (menakar) tersebut, menurut Umer Chapra juga menyangkut pengukuran kekayaan, utang, modal pendapatan, biaya, dan laba perusahaan, sehingga seorang Akuntan wajib mengukur kekayaan secara benar dan adil. Seorang Akuntan akan menyajikan sebuah laporan keuangan yang disusun dari bukti-bukti yang ada dalam sebuah organisasi yang dijalankan oleh sebuah manajemen yang diangkat atau ditunjuk sebelumnya. Manajemen bisa melakukan apa saja dalam menyajikan laporan sesuai dengan motivasi dan kepentingannya, sehingga secara logis dikhawatirkan dia akan membonceng kepentingannya. Untuk itu diperlukan Akuntan Independen yang melakukan pemeriksaaan atas laporan beserta bukti-buktinya. Metode, teknik, dan strategi pemeriksaan ini dipelajari dan dijelaskan dalam Ilmu Auditing.

Dalam Islam, fungsi Auditing ini disebut “tabayyun” sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah Al-Hujuraat ayat 6 yang berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Kemudian, sesuai dengan perintah Allah dalam Al Quran, kita harus menyempurnakan pengukuran di atas dalam bentuk pos-pos yang disajikan dalam Neraca, sebagaimana digambarkan dalam Surah Al-Israa’ ayat 35 yang berbunyi: “Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Dari paparan di atas, dapat kita tarik kesimpulan, bahwa kaidah Akuntansi dalam konsep Syariah Islam dapat didefinisikan sebagai kumpulan dasar-dasar hukum yang baku dan permanen, yang disimpulkan dari sumber-sumber Syariah Islam dan dipergunakan sebagai aturan oleh seorang Akuntan dalam pekerjaannya, baik dalam pembukuan, analisis, pengukuran, pemaparan, maupun penjelasan, dan menjadi pijakan dalam menjelaskan suatu kejadian atau peristiwa.
Dasar hukum dalam Akuntansi Syariah bersumber dari Al Quran, Sunah Nabwiyyah, Ijma (kespakatan para ulama), Qiyas (persamaan suatu peristiwa tertentu, dan ‘Uruf (adat kebiasaan) yang tidak bertentangan dengan Syariah Islam. Kaidah-kaidah Akuntansi Syariah, memiliki karakteristik khusus yang membedakan dari kaidah Akuntansi Konvensional. Kaidah-kaidah Akuntansi Syariah sesuai dengan norma-norma masyarakat islami, dan termasuk disiplin ilmu sosial yang berfungsi sebagai pelayan masyarakat pada tempat penerapan Akuntansi tersebut.

Persamaan kaidah Akuntansi Syariah dengan Akuntansi Konvensional terdapat pada hal-hal sebagai berikut:
1. Prinsip pemisahan jaminan keuangan dengan prinsip unit ekonomi;
2. Prinsip penahunan (hauliyah) dengan prinsip periode waktu atau tahun pembukuan keuangan;
3. Prinsip pembukuan langsung dengan pencatatan bertanggal;
4. Prinsip kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip penentuan barang;
5. Prinsip perbandingan (muqabalah) dengan prinsip perbandingan income dengan cost (biaya);
6. Prinsip kontinuitas (istimrariah) dengan kesinambungan perusahaan;
7. Prinsip keterangan (idhah) dengan penjelasan atau pemberitahuan.

Sedangkan perbedaannya, menurut Husein Syahatah, dalam buku Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam, antara lain, terdapat pada hal-hal sebagai berikut:
1. Para ahli akuntansi modern berbeda pendapat dalam cara menentukan nilai atau harga untuk melindungi modal pokok, dan juga hingga saat ini apa yang dimaksud dengan modal pokok (kapital) belum ditentukan. Sedangkan konsep Islam menerapkan konsep penilaian berdasarkan nilai tukar yang berlaku, dengan tujuan melindungi modal pokok dari segi kemampuan produksi di masa yang akan datang dalam ruang lingkup perusahaan yang kontinuitas;
2. Modal dalam konsep akuntansi konvensional terbagi menjadi dua bagian, yaitu modal tetap (aktiva tetap) dan modal yang beredar (aktiva lancar), sedangkan di dalam konsep Islam barang-barang pokok dibagi menjadi harta berupa uang (cash) dan harta berupa barang (stock), selanjutnya barang dibagi menjadi barang milik dan barang dagang;
3. Dalam konsep Islam, mata uang seperti emas, perak, dan barang lain yang sama kedudukannya, bukanlah tujuan dari segalanya, melainkan hanya sebagai perantara untuk pengukuran dan penentuan nilai atau harga, atau sebagi sumber harga atau nilai;
4. Konsep konvensional mempraktekan teori pencadangan dan ketelitian dari menanggung semua kerugian dalam perhitungan, serta mengenyampingkan laba yang bersifat mungkin, sedangkan konsep Islam sangat memperhatikan hal itu dengan cara penentuan nilai atau harga dengan berdasarkan nilai tukar yang berlaku serta membentuk cadangan untuk kemungkinan bahaya dan resiko;
5. Konsep konvensional menerapkan prinsip laba universal, mencakup laba dagang, modal pokok, transaksi, dan juga uang dari sumber yang haram, sedangkan dalam konsep Islam dibedakan antara laba dari aktivitas pokok dan laba yang berasal dari kapital (modal pokok) dengan yang berasal dari transaksi, juga wajib menjelaskan pendapatan dari sumber yang haram jika ada, dan berusaha menghindari serta menyalurkan pada tempat-tempat yang telah ditentukan oleh para ulama fiqih. Laba dari sumber yang haram tidak boleh dibagi untuk mitra usaha atau dicampurkan pada pokok modal;
6. Konsep konvensional menerapkan prinsip bahwa laba itu hanya ada ketika adanya jual-beli, sedangkan konsep Islam memakai kaidah bahwa laba itu akan ada ketika adanya perkembangan dan pertambahan pada nilai barang, baik yang telah terjual maupun yang belum. Akan tetapi, jual beli adalah suatu keharusan untuk menyatakan laba, dan laba tidak boleh dibagi sebelum nyata laba itu diperoleh.
Dengan demikian, dapat diketahui, bahwa perbedaan antara sistem Akuntansi Syariah Islam dengan Akuntansi Konvensional adalah menyentuh soal-soal inti dan pokok, sedangkan segi persamaannya hanya bersifat aksiomatis.

Menurut, Toshikabu Hayashi dalam tesisnya yang berjudul “On Islamic Accounting”, Akuntansi Barat (Konvensional) memiliki sifat yang dibuat sendiri oleh kaum kapital dengan berpedoman pada filsafat kapitalisme, sedangkan dalam Akuntansi Islam ada “meta rule” yang berasal diluar konsep akuntansi yang harus dipatuhi, yaitu hukum Syariah yang berasal dari Tuhan yang bukan ciptaan manusia, dan Akuntansi Islam sesuai dengan kecenderungan manusia yaitu “hanief” yang menuntut agar perusahaan juga memiliki etika dan tanggung jawab sosial, bahkan ada pertanggungjawaban di akhirat, dimana setiap orang akan mempertanggungjawab kan tindakannya di hadapan Tuhan yang memiliki Akuntan sendiri (Rakib dan Atid) yang mencatat semua tindakan manusia bukan saja pada bidang ekonomi, tetapi juga masalah sosial dan pelaksanaan hukum Syariah lainnya.
Jadi, dapat kita simpulkan dari uraian di atas, bahwa konsep Akuntansi Islam jauh lebih dahulu dari konsep Akuntansi Konvensional, dan bahkan Islam telah membuat serangkaian kaidah yang belum terpikirkan oleh pakar-pakar Akuntansi Konvensional. Sebagaimana yang terjadi juga pada berbagai ilmu pengetahuan lainnya, yang ternyata sudah diindikasikan melalui wahyu Allah dalam Al Qur’an. “……… Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS.An-Nahl/ 16:89)

Akuntansi Dasar
Pengertian, Definisi dan Persamaan Akuntansi
Akuntansi merupakan bentuk penyajian informasi yang berasal dari transaksi dan hasilnya (output) adalah laporan keuangan. Ditilik dari manfaat akuntansi ada dua kepentingan yaitu kepentingan internal dan kepentingan eksternal.

Laporan Keuangan
Neraca merupakan salah satu hasil proses akuntansi yang menunjukkan posisi dari komposisi kekayaan, kewajiban serta modal perusahaan.
Pengertian akuntansi meliputi pengertian yang mencakup proses akuntansi yang tidak dapat dilakukan tanpa keruntutan proses. Produk akuntansi berupa laporan keuangan meliputi dua laporan yaitu neraca/balance sheet dan laporan rugi-laba atau loss and income statement. Dari kedua laporan tersebut dapat disusun laporan perubahan modal secara periodik.
Untuk balance sheet menginformasikan hal-hal yang berkaitan dengan perkiraan riil antara lain asset yang terdiri dari current assets, fixed assets, dan liabilities serta capital.
Sedangkan laporan rugi-laba disusun secara periodik yang menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan pendapatan, harga pokok penjualan, biaya pemasaran, biaya umum dan pendapatan bersih.
Neraca atau balance sheet merupakan laporan keuangan yang dibuat secara berkala dan menunjukkan posisi keuangan yaitu keadaaan harta, utang dan modal pada suatu periodik.
Judul neraca menyebutkan nama perusahaan, perkataan neraca, dan tanggal neraca.

Dua bentuk neraca menunjukkan bagaimana modal akhir dihitung, yaitu dengan memperhatikan modal awal, tambahan modal, laba (rugi) bersih dan pengambilan untuk pribadi (prive).
Neraca secara garis besar terdiri dari pengembangan sistem pencatatan persamaan- akuntansi atau biasa disebut accounting equations. Berkembangnya sistem pencatatan ini jika kita kaitkan pada waktu mempelajari dasar-dasar akuntansi maka data trial balance yang berisi data-data perkiraan riil merupakan bahan dasar disusunnya neraca.

Tingkat pemahaman selanjutnya yang harus dikembangkan dan didalami adalah pemahaman tentang latar belakang masing-masing komponen dan unsur neraca termasuk dalam atau bernaung pada heading yang sama.

Penempatan komponen dan unsur-unsur yang sama yang tidak tepat akan berakibat fatal. Kefatalan itu antara lain: neraca tidak menjadi informatif, susunan yang dihasilkan tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan prinsip-prinsip penulisan neraca, pihak-pihak yang berkepentingan tidak dapat memanfaafkan pendalaman pada neraca. Begitu pula pemahaman pada bagian modul berikutnya yaitu modul 2 tentang materi pokok laporan keuangan income statement.

Menempatkan secara tepat unsur-unsur neraca pada headings yang tepat berarti melaksanakan prinsip-prinsip penulisan laporan keuangan neraca. Hasil yang didapat bahwa neraca dapat digunakan sebagaimana mestinya. Penyusunan neraca yang benar akan dapat dimanfaatkan untuk bahan pengambilan keputusan pimpinan, pemegang saham.

Perkiraan dan Buku Besar/Ledger
Jurnal merupakan suatu basis pencatatan dan mampu menjadi sumber informasi keuangan untuk langkah-langkah proses akuntansi maupun untuk di-jadikan bahan sumber informasi apabila terjadi kesalahan-kesalahan di belakang hari menyangkut segala informasi akuntansi.

Siklus Akuntansi
Setelah proses pencatatan maka langkah selanjutnya dalam penyelesaian pekerjaan siklus akuntansi yang nantinya menghasilkan laporan keuangan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
Buku besar merupakan himpunan dari seluruh perkiraan atau rekening yang ditimbulkan oleh transaksi-transaksi yang timbul dalam perusahaan. Data dalam buku besar bisa dilakukan koreksi silang dengan jurnal selain hal tersebut data dari himpunan perkiraan buku besar merupakan sumber informasi yang paling pokok untuk mengetahui perkiraan-perkiraan riil maupun nominal yang ditimbulkan maupun selama satu periode. Saldo-saldo perkiraan buku besar tersebut merupakan bahan penyusunan neraca saldo atau Trial Balance.
1. Menyusun Neraca Saldo, yaitu mengikhtisarikan saldo debit atau kredit rekening-
2. menyusun data-data untuk adjusting, yaitu mengumpulkan dan memper-
3. Neraca Lajur, yaitu melakukan penyesuaian data-data dalam neraca saldo dengan
4. Menyusun Laporan Keuangan, yaitu melalui data-data yang terdapat di dalam
5. Menyediakan dan menutup rekening-rekening, yaitu mencatat pos-pos
6. Menyesuaikan kembali Neraca Saldo setelah penutupan, yaitu. untuk mengecek
7. Menyesuaikan kembali rekening-rekening, yaitu membuat jurnal penyesuaian

Kas
Kas merupakan pos yang paling aktif di dalam laporan keuangan dan sebagian besar transaksi dalam suatu perusahaan berkaitan dengan kas. Unsur-unsur kas adalah semua mata uang baik kertas maupun logam, mata uang dalam negeri maupun luar negeri. Selain mata uang termasuk juga dalam golongan kas beberapa surat-surat berharga yang mempunyai sifat-sifat seperti mata uang. Sumber kas suatu perusahaan dapat berasal dari penjualan baik kontan maupun secara kredit, pinjaman maupun bantuan secara cuma-cuma.

Rekonsiliasi Bank
Banyak perusahaan yang memanfaatkan jasa bank untuk penerima atau penyimpan semua penerimaan dan mengurus atau melaksanakan pembayaran perusahaan dalam hal ini adalah penggunaan cek. Seringkali sisa kas di bank antara catatan perusahaan dan catatan bank berbeda. Hal ini terjadi karena:
Karena sifat-sifat atau kreativitasnya, kas merupakan unsur aktiva yang paling mudah diselewengkan. Karena itu pulalah pengawasan terhadap kas amat penting. Ada beberapa macam cara yang dapat digunakan dalam pengawasan kas yaitu pemisahan antara fungsi penyimpanan dan pengawasan kas, penyimpanan uang kas di bank, voucher system dan pemeriksaan kas secara tiba-tiba. Dengan cara-cara tersebut maka penyelewengan penyalahgunaan kas dapat dikurangi atau mungkin dihindari.
Banyak perusahaan yang telah memanfaatkan jasa bank untuk lalu lintas uangnya. Pengeluaran uang kas melalui bank demikian juga sering kas yang sudah diterima perusahaan disimpan di bank. Untuk melakukan pembayaran-pembayaran yang relatif kecil dan bila dilakukan dengan cek bank hanya akan menimbulkan kesulitan. Hal ini tidak melancarkan pembayarannya, mungkin perusahaan mengambil kebijaksanaan untuk membentuk dana khusus dengan jumlah yang relatif kecil. Dana inilah yang disebut dengan kas kecil (petty cash). Ada 2 (dua) metode pembukuan petty cash yaitu metode imprest dan metode fluktuasi.
1. Penundaan pembukuan oleh salah satu pihak
2. Adanya kesalahan dalam pembukuan transaksi oleh satu pihak.
Untuk itu dibuat satu daftar untuk mencocokkan kedua saldo tadi. Daftar itu disebut daftar rekonsiliasi bank atau laporan rekosiliasi bank (bank reconsiliation statement).
Penyebab timbulnya perbedaan tadi dapat digolongkan menjadi:
1. Elemen-elemen yang oleh perusahaan sudah dicatat sebagai penerimaan uang tetapi
2. Elemen-elemen yang sudah dicatat sebagai penawaran oleh bank tetapi belum dicatat
3. Elemen-elemen yang sudah dicatat sebagai pengeluaran oleh perusahaan.
4. Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh bank sebagai pengeluaran tetapi belum

Account Receivables
Dalam Kegiatan Belajar 1 ini Anda sudah mengenal apa yang dimaksud dengan account receivables dan apa yang termasuk dalam account receivables. Sumber utama terjadinya account receivables adalah adanya keadaan penjualan berdasarkan kredit, sehingga penagihan dilakukan beberapa waktu setelah penjualan itu.

Bad Debt
Setelah kita menginjak pada Kegiatan Belajar kedua ini, maka Anda akan bertambah kaya pengetahuan mengenai pengertian-pengertian yang sangat erat sekali hubungannya dengan account receivable, karena dalam proses Kegiatan Belajar 2 ini Anda telah mendapatkan pengetahuan mengenai: bad debt, bad debt recovered, allowance for bad debt dan hal-hal yang berkaitan dengannya.

Notes Receivables
Notes Receivable dapat diperjualbelikan dan berpindah-pindah dengan pemiliknya sebelum tiba saat debitur harus melunasinya. Pemilik yang memiliki notes paling akhir yang nantinya berhak memintakan pembayaran kepada debitur setelah sampai pada waktu dijanjikan (hari jatuh tempo).
Pengetahuan kita mengenai account receivables tidak hanya sekedar mengetahui apa artinya, tetapi juga dapat mengerti apa yang dapat dicatat di dalam account receivables itu sendiri, sebab tidak semua penjualan secara kredit dapat dimasukkan ke dalam account receivables. Sedangkan yang dimasukkan ke dalam account receivables adalah tagihan-tagihan yang ada jaminannya dapat direalisir akan dimasukkan ke dalam pembukuan pada perkiraan yang lain/yang berbeda yang akan saya kemukakan pada kegiatan belajar selanjutnya.
Dari contoh-contoh yang telah diberikan pada Kegiatan Belajar 1 cukup jelaslah kiranya bagaimana mekanisme pembukuan dari suatu transaksi yang berkaitan dengan account receivables. Di samping itu juga mengenai bagaimana caranya menutup suatu account receivables pada akhir tutup pembukuan serta bagaimana pemunculannya pada suatu neraca untuk tahun berikutnya.

Dengan belajar contoh-contoh yang telah diberikan sebagai pelengkap di dalam saya memberikan gambaran kepada Anda begaimana mekanisme pembukuannya terhadap transaksi-transaksi yang terjadi dalam kaitannya dengan Kegiatan Belajar 2 ini.
Akan tetapi sering terjadi bahwa debitur tidak bersedia membayar kepada pemilik yang terakhir ini. Apablia terjadi hal yang demikian, maka yang harus bertanggung jawab adalah kreditur yang paling awal yaitu yang melakukan perjanjian notes tersebut dengan debitur. Kredit yang pertama inilah yang harus melunasi piutang itu kepada kreditur terakhir, baru kemudian ia nantinya akan ganti menagih kepada debitur yang bersangkutan.
Dengan demikian, walaupun kreditur paling awal sudah menjual “notes”-nya, akan tetapi tanggung jawab masih harus dipikul, apabila debitur tidak bersedia membayar kepada pemilik notes yang terakhir.

Pengertian Inventory dan Metode Pembukuan
Inventory adalah persediaan barang-barang yang menjadi objek usaha pokok perusahaan. Yang termasuk dalam persediaan barang-barang tersebut adalah persediaan bahan mentah, beserta bahan pembantu, persediaan barang-barang yang harus dicatat dalam pembukuan, baik yang menyangkut pengeluaran (penjualan) dan pemasukan (pembelian) barang-barang. Dengan melihat pada pembukuan tersebut, perusahaan dapat mengetahui nilai persediaan yang ada di gudang. Dengan demikian adanya pembukuan/pencatatan persediaan barang-barang yang menghindari adanya pengeluaran-pengeluaran terhadap persediaan barang-barang. Ada dua metode yang dapat digunakan dalam unit mencatat persediaan barang-barang, yaitu dengan metode perpetual (inventarisasi terus menerus) dan inventarisasi fisik (metode physical).

Berbagai Cara Penilaian Invetory
Ada beberapa cara atau metode yang dapat digunakan untuk penilaian inventory : metode first in first out, metode last in first out, metode weighted average, metode At. Retail dan metode moving average.
Perpetual inventory system dipergunakan apabila macam barang yang dijual tidak banyak; dalam hal sebaliknya dipergunakan periodic inventory system.
Inventarisasi umumnya dilakukan pada waktu penutupan tahun buku dengan mengentikan operasi perusahaan. Walaupun demikian inventarisasi tanpa menghentikan aktivitas perusahaan dapat juga dilakukan.
Penilaian inventory untuk perusahaan berbeda dengan penilaian inventory untuk perusahaan dagang, khususnya yang menyangkut perhitungan equivalent unit. Equivalent unit adalah jumlah unit yang seharusnya dapat di produsir baik pada awal maupun akhir periode pembukuan. Perhitungan equivalent unit berlaku bagi barang-barang yang belum selesai menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Barang-barang tersebut disebut barang setengah jadi. Penilaian inventory pada perusahaan industri menyangkut perhitungan biaya yang telah digunakan barang-barang setengah jadi. Jumlah unit equivalent terdiri dari :
1. Jumlah unit yang diselesaikan pada awal periode
2. Jumlah unit yang diselesaikan pada akhir periode
3. Jumlah unit yang dihasilkan selama periode pembukuan dan sudah dalam bentuk barang jadi.
Penilian persediaan dapat dilakukan dengan cara specifik identification method, average cost, fifo dan lifo. Kemudian dilanjutkan dengan memilih antara penilaian berdasarkan “cost” atau “harga terendah antara cost dan market”.
Plant and Equipment
Plant dan equipment merupakan tangible fixed assets (aktiva tetap berwujud) yang bersifat permanen. Disebut relatif permanent karena digunakan untuk jangka waktu yang lama yaitu lebih dari satu periode akuntansi. Aktiva tetap berwujud merupakan salah satu bentuk yang dimiliki perusahaan dan tampak pada neraca perusahaan. Oleh karena itu segala sesuatu yang menyangkut perubahan nilai dari aktiva tersebut harus dicatat. Misalnya berkurangnya nilai mesin-mesin produksi karena telah digunakan, harus diperhitungkan sebagai biaya penyusutan. Demikian pula segala biaya yang ditimbulkan untuk memperoleh aktiva tetap, hingga siap digunakan dalam kegiatan perusahaan, harus diperhitungkan sebagai harta perolehan.

Depreciation
Depresiasi/penyusutan adalah penggantian nilai prestasi yang hilang dari plant dan equipment yang mengakibatkan berkurangnya nilai assets tersebut. Istilah depresiasi ini dipergunakan untuk menggambarkan biaya dari tangible assets, seperti misalnya mesin-mesin untuk proses produksi dan gedung. Dengan kata lain depresiasi dibebankan pada assets yang tangible (berwujud), tahan lama, dipergunakan dalam operasi perusahaan dan dimiliki tidak untuk dijual.

Revaluasi(Penilaian Kembali)
Dilihat dari segi akuntansinya, tujuan yang harus dicapai dalam melakukan penilaian kembali (revaluasi) terhadap plant dan equipment yang dimiliki oleh perusahaan ialah agar laba-rugi periodik yang telah ditentukan melalui proses mempertemukan antara pendapatan yang diperoleh dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dapat menggambarkan secara layak tentang hasil usaha perusahaan.
Asset tersebut perlu disusutkan, agar pada saat assets dinyatakan secara ekonomis sudah tidak menguntungkan lagi, perusahaan dapat membeli assets yang baru.
Yang perlu diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah umur ekonomis dari suatu assets misalnya mesin-mesin untuk proses produksi. Walaupun mesin ini dikatakan tahan lama, tetapi tetap mempunyai umur ekonomis tertentu. Pada saat mesin tersebut biayanya melebihi/tidak seimbang dengan hasil produksinya, maka pada saat itulah mesin tersebut harus diganti dengan mesin yang baru.
Cara-cara penyusutan dapat diatur menurut kebijaksanaan perusahaan dengan memperhatikan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Metode yang akan digunakan hendaknya yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan yang bersangkutan. Metode accelerated depreciation akan memberikan manfaat dengan adanya working capital yang lebih besar pada tahun-tahun pertama dibandingkan dengan jika digunakan straight line method atau units of production method.
Penilaian kembali yang dilakukan terhadap plant dan equipment yang bisa berakibat kenaikan nilai (appraisal) dari plant dan equipment yang bersangkutan, maka selanjutnya kenaikan nilai tersebut dibukukan sebagai modal penilaian kembali.
Sedang untuk penilaian kembali yang dilakukan terhadap plant dan equipment yang berakibat penurunan nilai (devaluasi) dari plant dan equipment yang bersangkutan, maka besarnya nilai penurunan rekening-rekening pembukuan untuk plant dan equipment yang bersangkutan.

Current Liabilities (Utang Lancar)
Di dalam akuntansi yang dimaksud dengan utang adalah jumlah uang yang dinyatakan atas kewajiban-kewajiban perusahaan untuk menyerahkan barang-barang atau jasa kepada pihak lain di masa yang akan datang. Kewajiban-kewajiban mana timbul sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang telah terjadi sebelumnya. Sedang yang dimaksud dengan utang lancar (current liabilitas) ialah semua utang-utang atau kewajiban-kewajiban perusahaan kepada pihak lain kecuali pemilik perusahaan, yang harus dipenuhi atau dilunasi dalam jangka pendek (kurang dari satu tahun).

Utang Jangka Panjang (Long Term Debt)
Utang jangka panjang adalah meliputi semua utang atau kewajiban keuangan yang jatuh temponya lebih dari satu periode akuntansi terhitung sejak tanggal laporan keuangan (neraca). Sehingga utang jangka panjang berbeda dengan utang jangka pendek atau lancar, yang jangka waktu pelunasannya tidak lebih dari satu periode akuntansi. Utang timbul atau berasal dari transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang melibatkan pihak lain atau ketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan yang tidak dapat ditetapkan secara sepihak baik oleh pemilik maupun manajemen saja.
Pada dasarnya utang dipengaruhi oleh unsur ketidakpastian. Sehinga jika dilihat dari segi derajat unsur ketidakpastian yang terkandung di dalamnya itu, maka current liabilitas dapat digolongkan menjadi dua yaitu 1) utang yang jumlahnya dapat ditentukan secara pasti dan 2) utang yang jumlahnya ditaksir.
Yang termasuk utang yang jumlahnya dapat ditentukan pasti adalah meliputi semua kewajiban-kewajiban untuk membayar yang jumlah dan tanggal jatuh tempo sudah pasti. Adapun jenis utang yang termasuk golongan utang ini antara lain adalah: account payable (utang dagang), notes payable (wesel bayar), accrued payable (biaya yang masih harus dibayar), utang funds, deferred revenue (utang pendapatan), dividend payable (utang dividen).
Pada dasarnya ada beberapa jenis utang yang jumlahnya secara pasti tidak dapat ditentukan, walaupun peristiwa-peristiwa atau transaksi-transaksi yang menyebabkan timbulnya kewajiban untuk menyerahkan kewajiban aktiva atau jasa kepada pihak lain sudah berlangsung, oleh karena itu untuk menentukan jumlah utang dilakukan penaksiran, dan yang termasuk jenis utang ini antara lain ialah: utang garansi atas produk yang dijual dan utang hadiah yang ditawarkan kepada konsumen
Setelah satu bentuk utang jangka panjang yang sangat sederhana di dalam akuntansinya adalah utang wesel (wesel bayar) jangka panjang atau long term notes dengan satu tanggal jatuh tempo. Bentuk lain dari utang jangka panjang adalah bond payable (utang obligasi) yaitu suatu janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu dikemudian hari dan bunga tertentu secara periode selama jangka waktu yang tertentu pula.
Dengan kata lain obligasi merupakan surat pengakuan utang yang disertai oleh kepastian mengenai tanggal pembayaran bunganya. Di samping itu surat utang obligasi merupakan salah satu sarana bagi perusahaan di dalam mendapatkan sumber dananya, apabila perusahaan tidak menghendaki untuk mengeluarkan saham baru beserta konsekuensinya.

Akuntansi Pembelian
Pada prinsipnya accounting untuk pembelian adalah sejalan dengan accounting untuk penjualkan, hanya dilihat dari pihak yang berlawanan.
1. Accounts receivable akan tersangkut apabila terjadi penjualan kredit (Dr) dan penerimaan hasil penjualan tersebut dikemudian hari.
2. Cash account akan tersangkut apabila terjadi penjualan tunai atau penerimaan hasil penjualan kredit.
3. Sales account akan tersangkut baik kalau terjadi penjualan kredit maupun penjualan tunai.
4. Sales returns & allowances account akan tersangkut apabila ada barang-barang yang dikembalikan karena rusak atau apabila kerusakan-kerusakan sedemikian rupa sehingga pembeli diberi potongan harga.
5. Sales discount account akan tersangkut apabila perusahaan memberikan potongan harga karena pembeli membayar lebih cepat daripada waktu yang sudah ditentukan .
6. Trade discount tidak pernah dibukukan ke dalam sales discounts account.
7. Cash discount dicatat dalam sales discounts account.
Proses accounting penjualan dapat digambarkan di dalam ikhtisar sebagai berikut:
1. Proses accounting untuk pembelian
2. Perbandingan Accounting

Akunting Pengendalian
Laporan akunting untuk operasional bagian pada umumnya terbatas pada daftar pendapatan. Dan daftar pendapatan dari tiap bagian ini tidak akan dikeluarkan kepada para pemegang saham.
Akunting Pabrik
Terdapat perbedaan dalam proses penyusunan worksheet untuk perusahaan industri pabrik, jika dibandingkan dengan worksheet suatu perusahaan perdagangan.
Tingkat akunting bagian yang dapat digunakan untuk analisis dari operasi-operasi oleh tiap bagian dapat disudahi dengan penetapan laba bruto dari penjualan-penjualan atau dapat juga diperluas sampai pada penetapan pendapatan netto.
Metode akunting khusus untuk cabang perusahaan apabila digunakan sistem sentralisasi, maka cabang perusahaan hanya menyelenggarakan catatan-catatan dasar dari transaksi-transaksinya yang selanjutnya mengirim semua tembusan dokumen ke kantor pusat untuk dicatat ke dalam buku jurnal. Jadi cabang tidak menyusun buku untuk buku-buku jurnal maupun buku besar.
Selain kalau digunakan sistem desentralisasi, tiap cabang menyelenggarakan sistem akuntingnya sendiri dengan buku jurnal dan buku-buku besarnya sendiri pula.
Perbedaan pandangan terhadap bahan mentah dengan barang jadi yang ditentukan oleh produsen tingkat tertentu menyebabkan accounting untuk perusahaan industri pabrik berbeda dengan accounting perusahaan perdagangan. Perbedaan yang lain, antara lain dalam hal menentukan Cost of Good Sold, dimana Cost of Good Manufactured mengganti purchases (dalam pemisahan perdagangan).
Letak perbedaan Cost of Good Manufactured dengan Manufacturing Cost adalah cost of goods manufactured merupakan harga pokok barang-barang jadi yang diproduksi selama periode bersangkutan, sedangkan manufacturing cost adalah seluruh biaya-biaya yang berhubungan dengan pembuatan barang-barang, baik barang jadi maupun barang setengah jadi.
Proses Worksheet:
1. Selama items yang diperlukan untuk menentukan Cost of Goods Manufacturing dimasukkan/dipindahkan ke dalam manufacturing statement. Selisih antara jumlah debit dan kredit pada manufacturing statement dipindahkan ke income statement pada sisi debit.
2. Setelah adjustment dilakukan maka angka-angka adjustment trial balance ditambah dengan angka adjustment dipindahkan ke manufacturing statement, income statement pada sisi debit.
3. Yang dimasukkan ke manufactured statement adalah semua perkiraan cost/expense di luar proses pembuatan barang dimasukkan ke income statement yang merupakan selisih antara debit dan kredit dari manufacturing statement. Semua inventory dimasukkan ke manufacturing statement kecuali perkiraan finished goods inventory

PERILAKU AKUNTANSI DALAM PERTANGGUNGJAWABAN

RESPONSIBILITY ACCOUNTING

Pengertian dan Tujuan Akuntansi Pertanggungjawaban
Secara umum akuntansi pertanggungjawaban dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang meliputi perencanaan, pengukuran dan evaluasi informatika atau laporan akuntansi dalam suatu organisasi yang terdiri dari beberapa pusat pertanggungjawaban dimana tiap-tiap pusat tanggungjawab dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab atas aktivitas yang dipimpinnya. (Siegel & Marconi, 1989: 96).

Mulyadi, (2001 : 169) menjelaskan bahwa salah satu tujuan diterapkannya akuntansi pertanggungjawaban adalah untuk mengendalikan biaya, dengan cara menggolongkan, mencatat, meringkas, dan menghubungkan langsung dengan pejabat atau orang yang bertanggungjawab atas terjadinya biaya yang dikendalikan olehnya. Tujuan lain diterapkannya akuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
1. Dengan akuntansi pertanggungjawaban, pengelompokkan dan pelaporan biaya dilakukan untuk tiap tingkatan manajemen hanya dibebani dengan biaya-biaya yang berada dibawah pengendaliannya atau yang berada dibawah tanggungjawabnya. Dengan demikian biaya dapat dikendalikan dan diawasi secara efektif dan efisien.
2. Untuk pengendalian biaya, karena selain biaya-biaya dan pendapatan diklasifikasikan menurut pusat pertanggungjawabanya, biaya dan pendapatan yang dilaporkan juga harus dibandingkan dengan anggaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Sehingga akuntansi pertanggungjawaban juga memungkinkan beroperasinya suatu sistem anggaran dengan baik.
3. Membantu manajemen dalam pengendalian dengan melihat penyimpangan realisasi dibandingkan dengan anggaran yang ditetapkan.
4. Dapat digunakan sebagai salah satu alat perencanaan untuk mengetahui kriteria-kriteria penilaian prestasi unit usaha tertentu.
5. Dapat digunakan sebagai pedoman penting langkah yang harus dibuat oleh perusahaan dalam rangka pencapaian sasaran perusahaan.
6. Dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam rangka penilaian kinerja (performance) bagian-bagian yang ada dalam perusahaan, karena secara berkala top manajemen menerima laporan pertanggungjawaban dari setiap tingkatan manajemen dan top manajer dapat menilai performance dari setiap bagian dilihat dari ditetapkan untuk setiap bagian yang menjadi tanggungjawabnya.

Akuntansi Pertanggungjawaban Versus Conventional Accounting
Perbedaan mendasar akuntansi pertanggungjawaban dan akuntansi konvensional adalah terletak pada perencanaan, klasifikasi, dan pengumpulan data. Akuntansi konvensional mengklasifikasikan data berdasarkan pada sifat atau fungsi dari biaya, sedangkan akuntansi pertanggungjawaban lebih menitikberatkan pada pertanggungjawaban atas kejadian dan kontrol secara individual.
Akuntansi pertanggungjawaban memperbaiki hubungan antara informasi akuntansi yang ditampilkan dari segi perencanaan, akumulasi data dan pelaporan setiap struktur organisasi dan pertanggungjawaban secara hirarki.

Akuntansi pertanggungjawaban juga memperhatikan aspek manusia dalam perencanaan, akumulasi data dan pelaporan, karena perencanaan biaya dilakukan dengan sistem anggaran dan diakumulasikan berdasarkan pertanggungjawabannya, laporan setiap segmen sehingga manajer dapat melakukan penilaian dan penghargaan secara lebih tepat. Dengan demikian akuntansi pertanggungjawaban mendorong manajer untuk mencapai tujuan.

Responsibility Network

Untuk tujuan pengendalian biaya, struktur organisasi diharapkan mampu menjelaskan hubungan pusat-pusat pertanggungjawaban secara individu, jaringan organisasi, atau pertanggungjawaban secara ideal mampu menggambarkan bagaimana masing-masing fungsi mampu mengelola input untuk menghasilkan output secara efisien.

Keselarasan hubungan antar fungsi dalam struktur organisasi dapat dipenuhi jika dilakukan analisa struktur organisasi, juga penentuan pendapatan dan beban secara benar. Hal ini penting mengingat akan berakibat pula pada penentuan tugas dalam susunan sebuah sistem.

Tipe-Tipe Pusat Pertanggungjawaban

Istilah pusat pertanggungjawaban digunakan untuk menunjukkan unit organisasi yang dikelola oleh seorang manajer yang bertanggungjawab (Supriyono, 2001).

Penentuan pusat-pusat pertanggungjawaban memerlukan desentralisasi.
Desentraliasi berarti pendelegasian wewenang pembuatan keputusan pada tingkatan manajemen yang lebih rendah. Suatu organisasi merupakan kumpulan pusat-pusat pertanggungjawaban.
Suatu pusat pertanggungjawaban dibentuk untuk mencapai salah satu atau beberapa tujuan. Tujuan suatu pusat pertanggungjawaban secara individual diharapkan dapat membantu pencapaian tujuan suatu organisasi sebagai suatu keseluruhan. Dalam prakteknya, suatu pusat pertanggungjawaban diserahi tanggungjawab yang spesifik dan melihat dari luas tanggungjawab yang dipikulnya, umumnya pusat pertanggungjawban diklasifikasikan kedalam :
1. Cost Center (Pusat Biaya); merupakan pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi yang prestasi manajernya dinilai atas dasar biaya dalam pusat pertanggungjawaban yang dipimpinya.
2. Revenue Center (Pusat Pendapatan); merupakan pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi yang prestasi manajernya dinilai atas dasar pendapatan dalam pusat pertanggungjawaban yang dipimpinya.
3. Profit Center (Pusat Laba); merupakan pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi yang prestasi manajernya dinilai atas dasar selisih pendapatan dan biaya dalam pusat pertanggungjawaban yang dipimpinya.
4. Investment Center (Pusat Investasi); merupakan pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi yang prestasi manajernya dinilai atas dasar pendapatan, biaya dan sekaligus aktiva atau modal atau investasi pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpinya. Jadi prestasi manajer ini dinilai atas dasar laba dan investasi yang diperlukan untuk memperoleh laba.

Hubungan Tipe-Tipe Pusat Pertanggungjawaban Dengan Struktur Organisasi
Komunikasi sangat berperan didalam suatu organisasi. Adapun organisasi sendiri merupakan kumpulan orang-orang yang selalu membutuhkan berkomunikasi sesamanya. (Miftah Thoha, 1983).

Kalau dalam organisasi dikenal adanya susunan organisai formal dan informal, maka komunikasinya pun dikenal komunikasi formal dan non-formal. Komunikasi organisasi formal mengikuti jalur hubungan formal yang tergambar dalam susunan atau struktur organisasi. Proses komunikasi dalam struktur formal tersebut pada hakekatnya dapat dibedakan atas tiga dimensi.
1. Dimensi Vertical, adalah dimensi komunikasi yang mengalir dari atas kebawah dan sebaliknya dari bawah keatas. Hal ini dilukiskan dengan hubungan kerja antara atasan dan bawahan.
2. Dimensi Horizontal, yakni pengiriman dan penerimaan berita atau informasi yang dilakukan antara berbagai pejabat yang mempunyai kedudukan sama. Tujuan dari komunikasi adalah melakukan koordinasi.
3. Dimensi Luar Organisasi, dimensi komunikasi ini timbul akibat adanya kenyataan bahwa suatu organisasi tidak bisa hidup sendirian. Ia merupakan bagian dari lingkungan. Dalam dimensi ini informasi masuk kedalam suatu organisasi berasal dari luar, demikian pula sebaliknya suatu informasi dikirim dari suatu organisasi ke pihak luar.

Selanjutnya kaitannya dengan pertanggungjawaban, Siegel (1989), menyatakan pendekatan yang digunakan untuk mendesain struktur organisasi dan pemberian tanggungjawab pada perusahaan tergantung kepada pilihan manajemen puncak dan gaya kepemimpinan. Beberapa struktur organisasi meliputi :
1. Vertical Structure : Organisasi di bentuk berdasarkan fungsi-fungsi yang ada. Misalnya terdapatnya fungsi produksi, penjualan, dan keuangan. Masing-masing fungsi yang ada dapat dibagi dalam beberapa pusat pertanggungjawaban. Fungsi produksi menggunakan cost center, fungsi penjualan menggunakan revenue center, sedangkan top manajemen berfungsi sebagai control dan pembuat kebijakan terhadap investasi.

2. Horizontal Structure : Organisasi di bentuk berdasarkan area geografis. Setiap pimpinan bagian melakukan control terhadap pusat laba ataupun investasi. Mereka bertanggungjawab terhadap produksi, penjualan, dan keuangan dan semua fungsi yang ada di grup/wilayah masing-masing.
Akuntansi pertanggungjawaban sebagai kontrol perusahaan dengan diciptakannya jaringan kerja yang bersamaan dengan struktur organisasi. Top manajemen membaginya dalam struktur organisasi dan ditetapkan otoritas dan pertanggungjawabannya. Setiap manajer pusat pertanggungjawaban hendaknya berusaha untuk mengendalikan berbagai aktivitas yang berada dibawahnya dan mengkomunikasikannya kepada bagian yang terkait.

Fixing Responsibility

Setelah menyeleksi tipe struktur organisasi tugas yang penting dalam membuat konstruksi sistem perilaku pertanggungjawaban yang efektif adalah menggambarkan pertanggungjawaban itu sendiri. Setiap orang memiliki pertanggungjawaban dan tantangan, untuk merasa tanggungjawab maka setiap orang harus merasa memiliki keahlian dan merasa diperlukan. Hal tersebut terimplikasikan dengan memilliki kewenangan dalam membuat keputusan dan termotivasi untuk memperbaiki kinerjanya.

Dalam menetapkan pertanggungjawaban perlu adanya tugas yang spesifik untuk tugas individu. Setiap orang diberi tanggungjawab dan ditentukan pula aktivitas dan fungsinya, dalam kenyataannya adalah berarti tugas dengan atasan. Setiap individu mempunyai tanggungjawab pada satu direksi, agar tidak terjadi overlapping tanggungjawab.

Faktor terpenting dalam menggambarkan tanggungjawab adalah persetujuan dengan direksi dan pertanggungjawaban atas sumber daya yang didelegasikan berdasarkan fungsi atau tugas. Dalam hal ini manajer harus memiliki kemampuan untuk memprediksi perubahan yang signifikan, misalnya manajer marketing seharusnya dapat mengontrol biaya advertising dan promosi.

Kontrol merupakan pelengkap dalam lingkungan kerja yang perlu dipertimbangkan. The Comitte on Cost Concept and Standard American Accounting Association, pada tahun 1956, merekomendasikan hal berikut :

1. Setiap orang dengan otoritas baik perolehan dan penggunaan barang atau service seharusnya dapat ditentukan dengan cost tertentu.
2. Orang yang signifikan mempengaruhi besarnya cost dalam tindakan mungkin dapat ditentukan dengan cost.
3. Pada saat tindakan tidak ada orang yang secara signifikan mempengaruhi cost maka dapat diketahui dengan melihat elemen dalam manajemen yang berperan, maka orang tersebut yang dapat membantu siapa yang bertanggungjawab.

PLANNING, DATA ACCUMULATION, AND REPORTING BY RESPONSIBILITY ACCOUNTING

Setelah struktur network dari pertanggungjawaban ditetapkan maka dilakukan perencanaan, akumulasi data dan pelaporan. Elemen cost dan revenue keduanya ada dalam anggaran dan dalam akumulasi hasil aktual.

Responsibility Budget

Secara kronologis kita akan membandingkan antara anggaran yang telah ditetapkan dengan pendapatan dalam segmen network. Hal ini akan menjadi dasar untuk mengevaluasi kinerja karyawan dengan unit organisasi.
Karakteristik dari anggaran pertanggungjawaban adalah tujuan kinerja pusat pertanggungjawaban hanya untuk mengontrol cost dan revenue yang dikontrolnya, setelah mempertimbangkan biaya controllable yang spesifik dalam pusat pertanggungjawaban.

Controllable cost tidak sama dengan direct cost, banyak yang termasuk direct cost seperti misalnya depresiasi peralatan, dimana tidak controllable dalam level pusat biaya dan seharusnya tidak bertanggungjawab atas deperesiasi atau biaya lainnya yang formulanya tidak berdampak pada tindakan supervisor, hanya contorllable yang ditetapkan oleh kepada pusat biaya, sehingga manajemen memiliki dasar untuk membandingkan antara aktual denngan kinerja yang diharapkan untuk menjudgement efektivitas supervisor pusat biaya dengan semua level serta untuk mengidentifikasikan sebab-sebab tidak efisiensi.
Proses anggaran yang efektif dimulai dari level yang paling bawah dalam organisasi untuk memperbandingkan antara anggaran yang diestimasikan untuk semua biaya yang diestimasi untuk semua biaya yang dikontrolnya. Untuk otoritas yang lebih tinggi mereview estimasi, cooperative dan memodifikasi bila diperlukan, sampai pada akhirnya mengkombinasikan semua anggaran untuk level top manajemen.

Data Accumulation
Akumulasi data merupakan fasilitas perbandingan secara periodik dari berbagai macam rencana anggaran. Akumulasi dari aktual income dan item expense sangat perlu untuk bentuk dari network pertanggungjawaban.
Ada tiga dimensi dari pengklasifikasian antara biaya dan pendapatan selama proses akumulasi data: (1) cost diklasifikasikan oleh pusat pertanggungjawaban (2) pusat yang lainnya yang terdiri dari controllable dan noncontrollable (3) tipe cost atau line item seperti gaji, perlengkapan, bahan baku dan sewa. Disini tipe akumulasi data yang disediakan manajemen yang sebagian berdimensi operasi, dahulu tiga dimensi akumulasi data tersebut tidak dapat digunakan karena secara teknis tidak praktis sebab hanya manual dan semi manual untuk akumulasi data.

Responsibility Reporting

Hasil akhir dari sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah pelaporan pertanggungjawaban secara periodik atau laporan kinerja. Laporan merupakan media untuk melaporkan biaya yang dikontrol, pengukuran efisiensi manajemen serta pencapaian tujuan.
Untuk efisiensi laporan hendaknya berbentuk piramid artinya manajer pertanggungjawaban menerima hanya satu laporan, laporan yang sifatnya detail ada pada level tingkat paling bawah yang diterbitkan pertama lalu yang dilaporkan pada level yang lebih tinggi, hasil yang dilaporkan pada level yang lebih tinggi isinya semakin ringkas. Major akuntansi pertanggungjawaban memberikan kontribusi bagi manajemen dalam mengontrol biaya dan efisiensi dari pertanggungjawaban yang telah ditetapkan.
Selanjutnya Mulyadi, menjelaskan bahwa prosedur penyusunan pelaporan pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :

1. Tiap-tiap pusat pertanggungjawaban setiap periodenya (bulan/triwulan) menyusun laporan atas biaya yang terjadi dan menjadi tanggungjawab departemen atau bagiannya. Biaya yang dilaporkan oleh tiap-tiap pusat pertanggungjawaban adalah biaya yang sesungguhnya terjadi (actual cost).
2. Laporan atas biaya yang seungguhya terjadi ini, diserahkan kepada penyusun laporan perusahaan keseluruhan (biasanya departemen/staff controller/bagian akuntansi).
3. Bagian penyusunan laporan perusahaan keseluruhan (controller/bagian akuntansi) mengolah data-data yang berasal dari laporan tiap-tiap pusat pertanggungjawaban.
4. Kemudian bagian penyusunan laporan perusahaan menyusun (controller/pengawas/bagian akuntansi) membandingkan antara anggaran yang tersedia dan biaya yang sesungguhnya terjadi.
5. Terakhir, controller atau pengawas intern mengirimkan laporan pertanggungjawaban tersebut ke masing-masing pusat pertanggungjawaban yang dinilai dan kepada atasan dari pusat pertanggungajawaban tersebut.

BEHAVIOR ASSUMPTION OF RESPONSIBILITY ACCOUNTING

Rencana pertanggungjawaban, akumulasi data, dan sistem pelaporan semuanya berdasarkan pada asumsi operasi dan perilaku manusia, termasuk :

1. Management by exception (MBE) yaitu adanya kecukupan kontrol operasi yang efektif.
2. Management by objective (MBO) bahwa hasil berdasarkan anggaran, standar cost, tujuan organisasi, dan mencapai hasil berdasarkan rencana kerja.
3. Manajer dan bawahan menerima pertanggungjawaban dan akuntabilitas yang ditetapkan berdasarkan hirarki organisasi.
4. Sistem akuntansi pertanggungjawaban lebih kepada kooperasi dibanding persaingan.

Management By Exception (MBE)

MBE sangat efektif untuk mengatur dan mengontrol aktivitas organisasi, manajer harus berkonsentrasi pada deviasi anggaran atau tujuan dasar. Karakteristik laporan periodik dari akuntansi pertanggungjawaban yang ideal adalah menggambarkan manajemen dalam area deviasi dari aturan yang telah ditentukan dan termasuk menentukan tindakan perbaikan untuk penguatan atau perbaikan perilaku.
Untuk meralat dari persepsi dari laporan selisih, perusahaan seharusnya menyediakan sistem reward yang cukup atas pencapaian hasil dengan kinerja yang sukses. Semua manajer seharusnya menerima bayaran yang cukup baik, varians yang baik, maupun yang tidak baik. Baik aspek yang bersifat positif maupun yang bersifat negative dalam kinerja akuntansi pertanggungjawaban akan menjadi alat manajemen yang penting.

Management By Objective (MBO)

Dalam akuntansi pertanggungjawaban, manajemen mengontrol dirinya sendiri. Disini orang-orang melakukan tugasnya sendiri sebab mereka percaya mereka mampu mengarahkan sendiri dalam pekerjaan mereka. MBO memberi fasilitas kepada manajer dan bawahannya untuk memformulasikan tujuan dan aktivitas untuk pusat pertanggungjawaban. Akuntansi pertanggungjawaban menyediakan kerangka yang ideal untuk memformulasikan tujuan secara detail.
Untuk mendapatkan motivasi dan komunikasi dari MBO dan akuntansi pertanggungjawaban, kondisi lingkungan yang baik harus ada, semuanya termasuk :

• Dalam mensetting tujuan dari akuntansi pertanggungjawaban, top manajemen menyediakan semua petunjuk yang spesifik atas semua tujuan perusahaan secara keseluruhan.
• Dalam memformulasikan secara detail tujuan kinerja dan rencana kerja, top manajemen dan manajer akuntansi pertanggungjawaban harus secara maksimal menyeleraskan antara kebutuhan pribadi dan aspirasi dari grup dan tujuan perusahaan secara keseluruhan.
• Motivasi timbul jika orang-orang percaya bahwa tercapainya tujuan perusahaan secara simultan akan memenuhi kebutuhan pribadinya.
• Jika tujuan perusahaan merasa milik mereka juga, maka tujuan hubungan internal perusahaan akan selaras dengan keselarasan tujuan menjadi berharga.

Manajer dan bawahan harus berkerjasama, misalnya bawahan diajak bekerja sama dalam memformulasikan realistic cost dan target pendapatan dan akan dipresentasikan pada level yang lebih tinggi dalam pusat pertanggungjawaban. Setelah direview tidak selamanya sumber daya yang dirasa perlu oleh bawahan itu diberikan, karena mereka juga harus dapat melakukan penyesuaian (reduction) disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

Hasil kinerja dievaluasi sebagai alat untuk mengetahui varians yang terjadi, siapa yang berhak menjelaskan mengapa itu terjadi dan menentukan tindakan perbaikan. Hasil kinerja secara periodic tidak hanya untuk mendapatkan reward ataupun hukuman, selain itu untuk motivasi dalam memperbaiki kualitas tidakan perbaikan.

Coincidence Between Responsibility Network And Organizational Structure

Akuntansi pertanggungjawaban berasumsi bahwa kendali organisatoris diingkatkan dengan menciptakan suatu jaringan dari tanggungjawab memusat yang bersamaan dengan struktur organisasi formal.
Top manajemen mendelegasikan dan memberikan otoritas kepada manajer dibawahnya berdasarkan hirarki organisasi yang menugaskan otoritas dan tanggungjawab untuk tugas-tugas spesifik. Ketika otoritas ditugaskan kepada para manajer, mereka mempunyai wewenang untuk bertindak secara resmi dalam lingkup pendelegasian mereka dan untuk mempengaruhi bawahan mereka.
Pusat pertanggungjawaban adalah dasar untuk menyusun sistem akuntansi pertanggungjawaban keseluruhan, kerangka untuk itu harus didesain secara hati-hati. Struktur organisasi harus dianalisa dari kelemahan pendelegasian tugas dan wewenang.

Acceptance of Responsibility

Unsur yang terpenting dalam keberhasilan penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah bahwa manajer pusat pertanggungjawaban menerima tanggungjawab dan tugas yang diberikan kepadanya dengan layak dan kesediaan mereka melaksanakannya.
Para manajer akan merasa bersedia menerima tugas dan tanggungjawab tersebut dengan baik jika mereka merasa dibutuhkan secara fisik dan sumber daya. Mereka akan melaksanakannya dengan baik jika budaya organisasi dimana tempat mereka menjalankan tugas memberikan kebebasan untuk melaksanakan tugas dengan cara-cara mereka sendiri. Budaya organisasi yang ada juga harus dapat memberikan toleransi jika mereka mengalami kegagalan. Dan para manajer hendaknya diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat dan pandangan mereka sendiri tanpa adanya rasa takut.
Ketika sistem akuntansi pertanggungjawaban mengukur keberhasilan mereka atau kegagalan mereka, ada suatu kepercayaan bahwa mereka diawasi dan dikendalikan oleh para atasannya. Penentuan pencapaian sasaran yang dihubungkan dengan akuntansi pertanggungjawaban akan meningkatkan komunikasi diantara mereka dengan terbuka, dan mereka dapat menentukan ukuran dan strategi yang hendak dicapai.

Capability of Inducing Cooperation

Akuntansi pertanggungjawaban mampu meningkatkan kerjasama organisasi yang memperlihatkan para manajer bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Akuntansi pertanggungjawaban juga menunjukan tingkat loyalitas mereka, kemampuan mereka dalam membuat keputusan mereka sendiri di dalam kerangka tanggungjawab yang didelegasikan kepada mereka. Mereka merasa menjadi bagian penting dalam organisasi sehingga mereka merasa dihargai dan akan bersama-sama mempunyai keinginan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Semangat kerjasama mereka akan tercipta dan meningkat dan menyakinkan mereka bahwa mereka sedang mencapai tujuan yang dirumuskan bersama. Mereka merasa menjadi sesuatu hal yang penting, dan tentu saja mereka akan berpikir bahwa jika terjadi kegagalan tentulah akan mempengaruhi masa depan.
Tekanan yang berlebihan dalam pencapaian tujuan, meski diperbolehkan akan menghancurkan manfaat yang diperoleh dari kerjasama yang harmonis. Sebagai gantinya, mungkin adalah kompetisi yang tidak sehat diantara bagian dan adanya tekanan yang ekslusif dalam jangka pendek.

Kinerja Perusahaan

Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya. Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi manajemen. Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal.

Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.

Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Sebelum memahami masalah penilaian kinerja lebih jauh, maka ada beberapa pengertian kinerja seperti yang telah dijelaskan oleh Helfert (1996:67) bahwa “Kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen.”

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa kinerja merupakan indikator dari baik buruknya keputusan manajemen dalam pengambilan keputusan. Manajemen dapat berinteraksi dengan lingkungan interen maupun eksteren melalui informasi. Informasi tersebut lebih lanjut dituangkan atau dirangkum dalam laporan keuangan perusahaan.

Pengertian lain tentang kinerja yaitu “Performance adalah ukuran seberapa efisien dan efektif sebuah organisasi atau seorang manajer untuk mencapai tujuan yang memadai.” (Stoner et al, 1996:9)
Adapun pengertian efektif dan efisien menurut Stoner et al (1996:9):

“Efisien adalah kemampuan untuk meminimalkan penggunaan sumber daya dalam mencapai tujuan organisasi berarti melakukan dengan tepat, sedangkan efektivitas adalah kemampuan untuk menentukan tujuan yang memadai berarti melakukan hal yang tepat.”

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja (Performance) perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.

Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan
Adapun manfaat dari penilaian kinerja perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatannya.
b. Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan, maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan.
c. Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk masa yang akan datang.
d. Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada khususnya.
e. Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.

Tujuan Penilaian Kinerja Perusahaan
Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2000:31) adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih.
b. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
c. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
d. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.

Laporan Keuangan Sebagai Alat Penilaian Kinerja Perusahaan

Laporan keuangan merupakan gambaran dari suatu perusahaan pada waktu tertentu (biasanya ditunjukkan dalam periode atau siklus akuntansi), yang menunjukkan kondisi keuangan yang telah dicapai suatu perusahaan dalam periode tertentu. Dengan kata lain, laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, yaitu merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Menurut Munawir (2000:31) “Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan.”
Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan akan tergambar didalamnya aktivitas perusahaan tersebut. Oleh karena itu, laporan keuangan perusahaan merupakan hasil dari suatu proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk komunikasi dan juga digunakan sebagai alat pengukur kinerja perusahaan.

Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen, merupakan persoalan yang kompleks karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal dan efisiensi dari kegiatan perusahaan yang menyangkut nilai serta keamanan dari berbagai tuntutan yang timbul terhadap perusahaan.

Jadi dalam menilai kinerja keuangan perusahaan, dapat digunakan suatu ukuran atau tolok ukur tertentu. Biasanya ukuran yang digunakan adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan. Adapun jenis perbandingan dalam analisis rasio keuangan meliputi dua bentuk yaitu membandingkan rasio masa lalu, saat ini ataupun masa yang akan datang untuk perusahaan yang sama. Dan bentuk yang lain yaitu dengan perbandingan rasio antara satu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis

RESPONSIBILITY ACCOUNTING

Pengertian dan Tujuan Akuntansi Pertanggungjawaban
Secara umum akuntansi pertanggungjawaban dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang meliputi perencanaan, pengukuran dan evaluasi informatika atau laporan akuntansi dalam suatu organisasi yang terdiri dari beberapa pusat pertanggungjawaban dimana tiap-tiap pusat tanggungjawab dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab atas aktivitas yang dipimpinnya. (Siegel & Marconi, 1989: 96).

Mulyadi, (2001 : 169) menjelaskan bahwa salah satu tujuan diterapkannya akuntansi pertanggungjawaban adalah untuk mengendalikan biaya, dengan cara menggolongkan, mencatat, meringkas, dan menghubungkan langsung dengan pejabat atau orang yang bertanggungjawab atas terjadinya biaya yang dikendalikan olehnya. Tujuan lain diterapkannya akuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
1. Dengan akuntansi pertanggungjawaban, pengelompokkan dan pelaporan biaya dilakukan untuk tiap tingkatan manajemen hanya dibebani dengan biaya-biaya yang berada dibawah pengendaliannya atau yang berada dibawah tanggungjawabnya. Dengan demikian biaya dapat dikendalikan dan diawasi secara efektif dan efisien.
2. Untuk pengendalian biaya, karena selain biaya-biaya dan pendapatan diklasifikasikan menurut pusat pertanggungjawabanya, biaya dan pendapatan yang dilaporkan juga harus dibandingkan dengan anggaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Sehingga akuntansi pertanggungjawaban juga memungkinkan beroperasinya suatu sistem anggaran dengan baik.
3. Membantu manajemen dalam pengendalian dengan melihat penyimpangan realisasi dibandingkan dengan anggaran yang ditetapkan.
4. Dapat digunakan sebagai salah satu alat perencanaan untuk mengetahui kriteria-kriteria penilaian prestasi unit usaha tertentu.
5. Dapat digunakan sebagai pedoman penting langkah yang harus dibuat oleh perusahaan dalam rangka pencapaian sasaran perusahaan.
6. Dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam rangka penilaian kinerja (performance) bagian-bagian yang ada dalam perusahaan, karena secara berkala top manajemen menerima laporan pertanggungjawaban dari setiap tingkatan manajemen dan top manajer dapat menilai performance dari setiap bagian dilihat dari ditetapkan untuk setiap bagian yang menjadi tanggungjawabnya.

Akuntansi Pertanggungjawaban Versus Conventional Accounting

Perbedaan mendasar akuntansi pertanggungjawaban dan akuntansi konvensional adalah terletak pada perencanaan, klasifikasi, dan pengumpulan data. Akuntansi konvensional mengklasifikasikan data berdasarkan pada sifat atau fungsi dari biaya, sedangkan akuntansi pertanggungjawaban lebih menitikberatkan pada pertanggungjawaban atas kejadian dan kontrol secara individual.

Akuntansi pertanggungjawaban memperbaiki hubungan antara informasi akuntansi yang ditampilkan dari segi perencanaan, akumulasi data dan pelaporan setiap struktur organisasi dan pertanggungjawaban secara hirarki.

Akuntansi pertanggungjawaban juga memperhatikan aspek manusia dalam perencanaan, akumulasi data dan pelaporan, karena perencanaan biaya dilakukan dengan sistem anggaran dan diakumulasikan berdasarkan pertanggungjawabannya, laporan setiap segmen sehingga manajer dapat melakukan penilaian dan penghargaan secara lebih tepat. Dengan demikian akuntansi pertanggungjawaban mendorong manajer untuk mencapai tujuan.

Responsibility Network

Untuk tujuan pengendalian biaya, struktur organisasi diharapkan mampu menjelaskan hubungan pusat-pusat pertanggungjawaban secara individu, jaringan organisasi, atau pertanggungjawaban secara ideal mampu menggambarkan bagaimana masing-masing fungsi mampu mengelola input untuk menghasilkan output secara efisien.

Keselarasan hubungan antar fungsi dalam struktur organisasi dapat dipenuhi jika dilakukan analisa struktur organisasi, juga penentuan pendapatan dan beban secara benar. Hal ini penting mengingat akan berakibat pula pada penentuan tugas dalam susunan sebuah sistem.

Tipe-Tipe Pusat Pertanggungjawaban

Istilah pusat pertanggungjawaban digunakan untuk menunjukkan unit organisasi yang dikelola oleh seorang manajer yang bertanggungjawab (Supriyono, 2001).

Penentuan pusat-pusat pertanggungjawaban memerlukan desentralisasi.

Desentraliasi berarti pendelegasian wewenang pembuatan keputusan pada tingkatan manajemen yang lebih rendah. Suatu organisasi merupakan kumpulan pusat-pusat pertanggungjawaban.
Suatu pusat pertanggungjawaban dibentuk untuk mencapai salah satu atau beberapa tujuan. Tujuan suatu pusat pertanggungjawaban secara individual diharapkan dapat membantu pencapaian tujuan suatu organisasi sebagai suatu keseluruhan. Dalam prakteknya, suatu pusat pertanggungjawaban diserahi tanggungjawab yang spesifik dan melihat dari luas tanggungjawab yang dipikulnya, umumnya pusat pertanggungjawban diklasifikasikan kedalam :
1. Cost Center (Pusat Biaya); merupakan pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi yang prestasi manajernya dinilai atas dasar biaya dalam pusat pertanggungjawaban yang dipimpinya.
2. Revenue Center (Pusat Pendapatan); merupakan pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi yang prestasi manajernya dinilai atas dasar pendapatan dalam pusat pertanggungjawaban yang dipimpinya.
3. Profit Center (Pusat Laba); merupakan pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi yang prestasi manajernya dinilai atas dasar selisih pendapatan dan biaya dalam pusat pertanggungjawaban yang dipimpinya.
4. Investment Center (Pusat Investasi); merupakan pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi yang prestasi manajernya dinilai atas dasar pendapatan, biaya dan sekaligus aktiva atau modal atau investasi pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpinya. Jadi prestasi manajer ini dinilai atas dasar laba dan investasi yang diperlukan untuk memperoleh laba.

Hubungan Tipe-Tipe Pusat Pertanggungjawaban Dengan Struktur Organisasi

Komunikasi sangat berperan didalam suatu organisasi. Adapun organisasi sendiri merupakan kumpulan orang-orang yang selalu membutuhkan berkomunikasi sesamanya. (Miftah Thoha, 1983).

Kalau dalam organisasi dikenal adanya susunan organisai formal dan informal, maka komunikasinya pun dikenal komunikasi formal dan non-formal. Komunikasi organisasi formal mengikuti jalur hubungan formal yang tergambar dalam susunan atau struktur organisasi. Proses komunikasi dalam struktur formal tersebut pada hakekatnya dapat dibedakan atas tiga dimensi.

1. Dimensi Vertical, adalah dimensi komunikasi yang mengalir dari atas kebawah dan sebaliknya dari bawah keatas. Hal ini dilukiskan dengan hubungan kerja antara atasan dan bawahan.
2. Dimensi Horizontal, yakni pengiriman dan penerimaan berita atau informasi yang dilakukan antara berbagai pejabat yang mempunyai kedudukan sama. Tujuan dari komunikasi adalah melakukan koordinasi.
3. Dimensi Luar Organisasi, dimensi komunikasi ini timbul akibat adanya kenyataan bahwa suatu organisasi tidak bisa hidup sendirian. Ia merupakan bagian dari lingkungan. Dalam dimensi ini informasi masuk kedalam suatu organisasi berasal dari luar, demikian pula sebaliknya suatu informasi dikirim dari suatu organisasi ke pihak luar.

Selanjutnya kaitannya dengan pertanggungjawaban, Siegel (1989), menyatakan pendekatan yang digunakan untuk mendesain struktur organisasi dan pemberian tanggungjawab pada perusahaan tergantung kepada pilihan manajemen puncak dan gaya kepemimpinan. Beberapa struktur organisasi meliputi :

1. Vertical Structure : Organisasi di bentuk berdasarkan fungsi-fungsi yang ada. Misalnya terdapatnya fungsi produksi, penjualan, dan keuangan. Masing-masing fungsi yang ada dapat dibagi dalam beberapa pusat pertanggungjawaban. Fungsi produksi menggunakan cost center, fungsi penjualan menggunakan revenue center, sedangkan top manajemen berfungsi sebagai control dan pembuat kebijakan terhadap investasi.

2. Horizontal Structure : Organisasi di bentuk berdasarkan area geografis. Setiap pimpinan bagian melakukan control terhadap pusat laba ataupun investasi. Mereka bertanggungjawab terhadap produksi, penjualan, dan keuangan dan semua fungsi yang ada di grup/wilayah masing-masing.

Akuntansi pertanggungjawaban sebagai kontrol perusahaan dengan diciptakannya jaringan kerja yang bersamaan dengan struktur organisasi. Top manajemen membaginya dalam struktur organisasi dan ditetapkan otoritas dan pertanggungjawabannya. Setiap manajer pusat pertanggungjawaban hendaknya berusaha untuk mengendalikan berbagai aktivitas yang berada dibawahnya dan mengkomunikasikannya kepada bagian yang terkait.

Fixing Responsibility

Setelah menyeleksi tipe struktur organisasi tugas yang penting dalam membuat konstruksi sistem perilaku pertanggungjawaban yang efektif adalah menggambarkan pertanggungjawaban itu sendiri. Setiap orang memiliki pertanggungjawaban dan tantangan, untuk merasa tanggungjawab maka setiap orang harus merasa memiliki keahlian dan merasa diperlukan. Hal tersebut terimplikasikan dengan memilliki kewenangan dalam membuat keputusan dan termotivasi untuk memperbaiki kinerjanya.

Dalam menetapkan pertanggungjawaban perlu adanya tugas yang spesifik untuk tugas individu. Setiap orang diberi tanggungjawab dan ditentukan pula aktivitas dan fungsinya, dalam kenyataannya adalah berarti tugas dengan atasan. Setiap individu mempunyai tanggungjawab pada satu direksi, agar tidak terjadi overlapping tanggungjawab.

Faktor terpenting dalam menggambarkan tanggungjawab adalah persetujuan dengan direksi dan pertanggungjawaban atas sumber daya yang didelegasikan berdasarkan fungsi atau tugas. Dalam hal ini manajer harus memiliki kemampuan untuk memprediksi perubahan yang signifikan, misalnya manajer marketing seharusnya dapat mengontrol biaya advertising dan promosi.

Kontrol merupakan pelengkap dalam lingkungan kerja yang perlu dipertimbangkan. The Comitte on Cost Concept and Standard American Accounting Association, pada tahun 1956, merekomendasikan hal berikut :

1. Setiap orang dengan otoritas baik perolehan dan penggunaan barang atau service seharusnya dapat ditentukan dengan cost tertentu.
2. Orang yang signifikan mempengaruhi besarnya cost dalam tindakan mungkin dapat ditentukan dengan cost.
3. Pada saat tindakan tidak ada orang yang secara signifikan mempengaruhi cost maka dapat diketahui dengan melihat elemen dalam manajemen yang berperan, maka orang tersebut yang dapat membantu siapa yang bertanggungjawab.

PLANNING, DATA ACCUMULATION, AND REPORTING BY RESPONSIBILITY ACCOUNTING

Setelah struktur network dari pertanggungjawaban ditetapkan maka dilakukan perencanaan, akumulasi data dan pelaporan. Elemen cost dan revenue keduanya ada dalam anggaran dan dalam akumulasi hasil aktual.

Responsibility Budget

Secara kronologis kita akan membandingkan antara anggaran yang telah ditetapkan dengan pendapatan dalam segmen network. Hal ini akan menjadi dasar untuk mengevaluasi kinerja karyawan dengan unit organisasi.

Karakteristik dari anggaran pertanggungjawaban adalah tujuan kinerja pusat pertanggungjawaban hanya untuk mengontrol cost dan revenue yang dikontrolnya, setelah mempertimbangkan biaya controllable yang spesifik dalam pusat pertanggungjawaban.

Controllable cost tidak sama dengan direct cost, banyak yang termasuk direct cost seperti misalnya depresiasi peralatan, dimana tidak controllable dalam level pusat biaya dan seharusnya tidak bertanggungjawab atas deperesiasi atau biaya lainnya yang formulanya tidak berdampak pada tindakan supervisor, hanya contorllable yang ditetapkan oleh kepada pusat biaya, sehingga manajemen memiliki dasar untuk membandingkan antara aktual denngan kinerja yang diharapkan untuk menjudgement efektivitas supervisor pusat biaya dengan semua level serta untuk mengidentifikasikan sebab-sebab tidak efisiensi.

Proses anggaran yang efektif dimulai dari level yang paling bawah dalam organisasi untuk memperbandingkan antara anggaran yang diestimasikan untuk semua biaya yang diestimasi untuk semua biaya yang dikontrolnya. Untuk otoritas yang lebih tinggi mereview estimasi, cooperative dan memodifikasi bila diperlukan, sampai pada akhirnya mengkombinasikan semua anggaran untuk level top manajemen.

Data Accumulation

Akumulasi data merupakan fasilitas perbandingan secara periodik dari berbagai macam rencana anggaran. Akumulasi dari aktual income dan item expense sangat perlu untuk bentuk dari network pertanggungjawaban.
Ada tiga dimensi dari pengklasifikasian antara biaya dan pendapatan selama proses akumulasi data: (1) cost diklasifikasikan oleh pusat pertanggungjawaban (2) pusat yang lainnya yang terdiri dari controllable dan noncontrollable (3) tipe cost atau line item seperti gaji, perlengkapan, bahan baku dan sewa. Disini tipe akumulasi data yang disediakan manajemen yang sebagian berdimensi operasi, dahulu tiga dimensi akumulasi data tersebut tidak dapat digunakan karena secara teknis tidak praktis sebab hanya manual dan semi manual untuk akumulasi data.

Responsibility Reporting

Hasil akhir dari sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah pelaporan pertanggungjawaban secara periodik atau laporan kinerja. Laporan merupakan media untuk melaporkan biaya yang dikontrol, pengukuran efisiensi manajemen serta pencapaian tujuan.

Untuk efisiensi laporan hendaknya berbentuk piramid artinya manajer pertanggungjawaban menerima hanya satu laporan, laporan yang sifatnya detail ada pada level tingkat paling bawah yang diterbitkan pertama lalu yang dilaporkan pada level yang lebih tinggi, hasil yang dilaporkan pada level yang lebih tinggi isinya semakin ringkas. Major akuntansi pertanggungjawaban memberikan kontribusi bagi manajemen dalam mengontrol biaya dan efisiensi dari pertanggungjawaban yang telah ditetapkan.

Selanjutnya Mulyadi, menjelaskan bahwa prosedur penyusunan pelaporan pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
1. Tiap-tiap pusat pertanggungjawaban setiap periodenya (bulan/triwulan) menyusun laporan atas biaya yang terjadi dan menjadi tanggungjawab departemen atau bagiannya. Biaya yang dilaporkan oleh tiap-tiap pusat pertanggungjawaban adalah biaya yang sesungguhnya terjadi (actual cost).
2. Laporan atas biaya yang seungguhya terjadi ini, diserahkan kepada penyusun laporan perusahaan keseluruhan (biasanya departemen/staff controller/bagian akuntansi).
3. Bagian penyusunan laporan perusahaan keseluruhan (controller/bagian akuntansi) mengolah data-data yang berasal dari laporan tiap-tiap pusat pertanggungjawaban.
4. Kemudian bagian penyusunan laporan perusahaan menyusun (controller/pengawas/bagian akuntansi) membandingkan antara anggaran yang tersedia dan biaya yang sesungguhnya terjadi.
5. Terakhir, controller atau pengawas intern mengirimkan laporan pertanggungjawaban tersebut ke masing-masing pusat pertanggungjawaban yang dinilai dan kepada atasan dari pusat pertanggungajawaban tersebut.

BEHAVIOR ASSUMPTION OF RESPONSIBILITY ACCOUNTING

Rencana pertanggungjawaban, akumulasi data, dan sistem pelaporan semuanya berdasarkan pada asumsi operasi dan perilaku manusia, termasuk :
1. Management by exception (MBE) yaitu adanya kecukupan kontrol operasi yang efektif.
2. Management by objective (MBO) bahwa hasil berdasarkan anggaran, standar cost, tujuan organisasi, dan mencapai hasil berdasarkan rencana kerja.
3. Manajer dan bawahan menerima pertanggungjawaban dan akuntabilitas yang ditetapkan berdasarkan hirarki organisasi.
4. Sistem akuntansi pertanggungjawaban lebih kepada kooperasi dibanding persaingan.

Management By Exception (MBE)

MBE sangat efektif untuk mengatur dan mengontrol aktivitas organisasi, manajer harus berkonsentrasi pada deviasi anggaran atau tujuan dasar. Karakteristik laporan periodik dari akuntansi pertanggungjawaban yang ideal adalah menggambarkan manajemen dalam area deviasi dari aturan yang telah ditentukan dan termasuk menentukan tindakan perbaikan untuk penguatan atau perbaikan perilaku.

Untuk meralat dari persepsi dari laporan selisih, perusahaan seharusnya menyediakan sistem reward yang cukup atas pencapaian hasil dengan kinerja yang sukses. Semua manajer seharusnya menerima bayaran yang cukup baik, varians yang baik, maupun yang tidak baik. Baik aspek yang bersifat positif maupun yang bersifat negative dalam kinerja akuntansi pertanggungjawaban akan menjadi alat manajemen yang penting.

Management By Objective (MBO)

Dalam akuntansi pertanggungjawaban, manajemen mengontrol dirinya sendiri. Disini orang-orang melakukan tugasnya sendiri sebab mereka percaya mereka mampu mengarahkan sendiri dalam pekerjaan mereka. MBO memberi fasilitas kepada manajer dan bawahannya untuk memformulasikan tujuan dan aktivitas untuk pusat pertanggungjawaban. Akuntansi pertanggungjawaban menyediakan kerangka yang ideal untuk memformulasikan tujuan secara detail.

Untuk mendapatkan motivasi dan komunikasi dari MBO dan akuntansi pertanggungjawaban, kondisi lingkungan yang baik harus ada, semuanya termasuk :
• Dalam mensetting tujuan dari akuntansi pertanggungjawaban, top manajemen menyediakan semua petunjuk yang spesifik atas semua tujuan perusahaan secara keseluruhan.
• Dalam memformulasikan secara detail tujuan kinerja dan rencana kerja, top manajemen dan manajer akuntansi pertanggungjawaban harus secara maksimal menyeleraskan antara kebutuhan pribadi dan aspirasi dari grup dan tujuan perusahaan secara keseluruhan.
• Motivasi timbul jika orang-orang percaya bahwa tercapainya tujuan perusahaan secara simultan akan memenuhi kebutuhan pribadinya.
• Jika tujuan perusahaan merasa milik mereka juga, maka tujuan hubungan internal perusahaan akan selaras dengan keselarasan tujuan menjadi berharga.

Manajer dan bawahan harus berkerjasama, misalnya bawahan diajak bekerja sama dalam memformulasikan realistic cost dan target pendapatan dan akan dipresentasikan pada level yang lebih tinggi dalam pusat pertanggungjawaban. Setelah direview tidak selamanya sumber daya yang dirasa perlu oleh bawahan itu diberikan, karena mereka juga harus dapat melakukan penyesuaian (reduction) disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

Hasil kinerja dievaluasi sebagai alat untuk mengetahui varians yang terjadi, siapa yang berhak menjelaskan mengapa itu terjadi dan menentukan tindakan perbaikan. Hasil kinerja secara periodic tidak hanya untuk mendapatkan reward ataupun hukuman, selain itu untuk motivasi dalam memperbaiki kualitas tidakan perbaikan.

Coincidence Between Responsibility Network And Organizational Structure

Akuntansi pertanggungjawaban berasumsi bahwa kendali organisatoris diingkatkan dengan menciptakan suatu jaringan dari tanggungjawab memusat yang bersamaan dengan struktur organisasi formal.
Top manajemen mendelegasikan dan memberikan otoritas kepada manajer dibawahnya berdasarkan hirarki organisasi yang menugaskan otoritas dan tanggungjawab untuk tugas-tugas spesifik. Ketika otoritas ditugaskan kepada para manajer, mereka mempunyai wewenang untuk bertindak secara resmi dalam lingkup pendelegasian mereka dan untuk mempengaruhi bawahan mereka.

Pusat pertanggungjawaban adalah dasar untuk menyusun sistem akuntansi pertanggungjawaban keseluruhan, kerangka untuk itu harus didesain secara hati-hati. Struktur organisasi harus dianalisa dari kelemahan pendelegasian tugas dan wewenang.

Acceptance of Responsibility

Unsur yang terpenting dalam keberhasilan penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah bahwa manajer pusat pertanggungjawaban menerima tanggungjawab dan tugas yang diberikan kepadanya dengan layak dan kesediaan mereka melaksanakannya.

Para manajer akan merasa bersedia menerima tugas dan tanggungjawab tersebut dengan baik jika mereka merasa dibutuhkan secara fisik dan sumber daya. Mereka akan melaksanakannya dengan baik jika budaya organisasi dimana tempat mereka menjalankan tugas memberikan kebebasan untuk melaksanakan tugas dengan cara-cara mereka sendiri. Budaya organisasi yang ada juga harus dapat memberikan toleransi jika mereka mengalami kegagalan. Dan para manajer hendaknya diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat dan pandangan mereka sendiri tanpa adanya rasa takut.

Ketika sistem akuntansi pertanggungjawaban mengukur keberhasilan mereka atau kegagalan mereka, ada suatu kepercayaan bahwa mereka diawasi dan dikendalikan oleh para atasannya. Penentuan pencapaian sasaran yang dihubungkan dengan akuntansi pertanggungjawaban akan meningkatkan komunikasi diantara mereka dengan terbuka, dan mereka dapat menentukan ukuran dan strategi yang hendak dicapai.

Capability of Inducing Cooperation

Akuntansi pertanggungjawaban mampu meningkatkan kerjasama organisasi yang memperlihatkan para manajer bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Akuntansi pertanggungjawaban juga menunjukan tingkat loyalitas mereka, kemampuan mereka dalam membuat keputusan mereka sendiri di dalam kerangka tanggungjawab yang didelegasikan kepada mereka. Mereka merasa menjadi bagian penting dalam organisasi sehingga mereka merasa dihargai dan akan bersama-sama mempunyai keinginan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Semangat kerjasama mereka akan tercipta dan meningkat dan menyakinkan mereka bahwa mereka sedang mencapai tujuan yang dirumuskan bersama. Mereka merasa menjadi sesuatu hal yang penting, dan tentu saja mereka akan berpikir bahwa jika terjadi kegagalan tentulah akan mempengaruhi masa depan.

Tekanan yang berlebihan dalam pencapaian tujuan, meski diperbolehkan akan menghancurkan manfaat yang diperoleh dari kerjasama yang harmonis. Sebagai gantinya, mungkin adalah kompetisi yang tidak sehat diantara bagian dan adanya tekanan yang ekslusif dalam jangka pendek.

Sebelum kita pelajari lebih lanjut tentang konsep Accretion dalam Pengakuan pendapatan perlu kita pelajari pula apa saja yang terkait dengan konsep tersebut sehubungan dengan pengakuan pendapatan.

Persediaan

Beberapa pendapatan tentang pengertian persediaan dikemukakan oleh para ahli seperti Smith dan Skousen (1991:326) bahwa:

“Istilah persediaan menunjukkan barang-barang yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan serta untuk perusahaan manufaktur, barang-barang yang sedang diproduksi atau akan dimasukkan ke dalam proses produksi”

Hendriksen mengemukakan bahwa persediaan (1991:2) adalah:

“Istilah dari persediaan di dalam barang-barang dagangan, yang dibedakan untuk dijual dalam usaha dan untuk diproses dalam produksi untuk dijual kembali.”

Standart Akuntansi Keuangan 1994 dinyatakan :

“Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali misalnya barang dagangan dibeli pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakupi barang jadi yang telah diproduksi atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Bagi perusahaan jasa persediaan meliputi biaya jasa seperti diuraikan dalam paragraf 16, dimana pendapatan yang bersangkutan belum diakui perusahaan (lihat pernyataan SAK No. 23 tentang pendapatan)”

Jadi dapat disimpulkan  bahwa persediaan adalah suatu asset yang dimiliki pada saat tertentu dengan tujuan dijual kembali secara langsung atau melalui proses produksi dulu.

Tujuan Pengukuran Persediaan

Tujuan pengukuran persediaan adalah upaya untuk membandingkan (matching) biaya-biaya (cost) dengan pendapatan yang nantinya menghasilkan pendapatan bersih (net income). Penentuan perhitungan net income ini berdasarkan pada pendapatan pada saat penjualan, perlu adanya alokasi biaya pada saat net income tersebut dilaporkan pada periode tertentu. Dalam hal ini persediaan yang belum terjual akan menjadi persediaan periode yang akan datang.

Mengenai perbandingan atau penandingan (matching concepts), Hendriksen menyatakan :

“Penandingan (matching) yang lebih relevan dianggap akan diperoleh dengan melaporkan sebagian beban yang akan dipakai dalam proses memperoleh pendapatan. Penandingan harga pemasukan berlaku dengan harga keluaran (pendapatan) ini dianggap lebih relevan sebagai pengukuran efisiensi operasi dan sebagai dasar-dasar yang lebih baik untuk meramalkan akibat transaksi yang akan datang.”

Sehubungan dengan tujuan pengukuran pendapatan. Hendriksen mengemukakan sebagai berikut :

  1. Penilaian sebagai suatu metode pengukuran laba.
  2. Penilaian sebagai langkah dalam proses penandingan (matching).
  3. Penilaian sebagai suatu ukuran pertambahan nilai (accretion)

Dasar-Dasar Penilaian Persediaan

Setelah membahas mengenai tujuan pengukuran persediaan, maka peneliti akan membahas dasar penilaian persediaan. Untuk dapat menilai beberapa nilai persediaan perusahaan, maka harus diketahui :

(a)  Penentuan Kuantitas Persediaan

Penentuan kuantitas persediaan dalam sistem pencatatannya terdapat dua alternatif yang sesuai dengan sifat dan kondisi koperasi yaitu pencatatan dengan metode physical dan pencatatan dengan metode perpectual.

(b)    Penentuan Harga Persediaan

Mengenai penentuan harga ini digunakan untuk keperluan penilaian persediaan, beberapa ahli mengemukakan pendapatnya seperti kutipan berikut ini :

“Nilai-nilai keluaran (output value) bisa juga relevan untuk memungkinkan interprestasi pengukuran inventory sebagai nilai bagi perusahaan, khususnya dalam keadaan dimana perusahaan dapat menjual seluruh persediaan tanpa merubah harganya (ini berarti bahwa permintaan akan produk perusahaan adalah elastis). Akan tetapi apabila harga jual atau nilai konversi (convertion value) lainnya sangat tidak pasti, pengukuran berdasarkan cost atau nilai masukan (input value) lainnya akan memungkinkan interprestasi yang lebih baik mengenai penilaian inventory dan juga akan memberikan informasi yang lebih baik untuk prediksi kebutuhan kas dikemudian hari untuk memperoleh inventory.”

Bila ditarik kesimpulan maka output value relevan dalam penafsiran pengukuran persediaan akan dapat mewakili nilai bagi koperasi, khususnya dalam kondisi di saat koperasi dapat menjual persediaan tanpa merubah harga, yang berarti koperasi akan menjual persediaannya walaupun koperasi tersebut akan mendapat laba yang kecil asalkan koperasi tidak mengalami kerugian.

Sedangkan input value merupakan resources yang dipakai dalam memperoleh inventory dalam kondisi dan lokasi seperti sekarang. Kalau inventory hanya dan tidak diolah lebih lanjut maka interprestasi mengenai input value ini sangat jelas, karena input value disini tidak lain daripada kas yang telah dikeluarkan.

Akan tetapi apabila harus diproduksi melalui suatu kegiatan pabrikasi, maka input value merupakan penjumlahan dari semua nilai resources lainnya yang dibebankan pada produksi. Meskipun input value biasanya dinyatakan dalam historical cost, input value ini juga dapat dinyatakan dalam current cost atau standart cost. Current cost sering dapat ditaksir dengan menggunakan net realizable value dan mengurangi dari net realizeble value tersebut.

Tuanakotta (2000) memberikan pendapat yang sama, yaitu Net realizabel value dikurangi normal mark up juga disarankan sebagai ukuran net value dari inventory bagi perusahaan .

Menurut Belkaoui (2000:129) penentuan harga dapat menggunakan harga keluaran berjalan (current output price) :

“Penafsiran harga keluaran berjalan. Harga keluaran berjalan mencerminkan jumlah uang kas untuk suatu aktiva yang mungkin dijual atau untuk suatu utang yang mungkin didanai kembali. Harga keluaran berjalan pada umumnya disepakati sepadan dengan (1) harga jual dalam keadaan likuidasi yang biasa (bukan likuidasi terpaksa) dan (2) harga jual pada waktu pengukuran. Apabila menyangkut harga-harga jual mendatang disesuaikan, maka sebaiknya digunakan nilai keluar yang diharapkan atau nilai netto yang dapat direalisir. Secara lebih spesifik, nilai keluar yang diharapkan atau nilai netto yang dapat direalisasi adalah jumlah uang kas untuk suatu aktiva yang diperkirakan bisa dijual atau suatu utang yang diharapkan bisa didanai kembali. Jadi nilai keluar yang diharapkan atau nilai netto yang dapat direalisasi mengacu pada harga penjualan berjalan, dimana harga keluar berjalan mengacu pada harga penjualan berharga dalam kondisi likuidasi biasa. Menurut pendekatan harga keluaran berjalan semua aktiva dan utang revaluasi pada nilai netto yang dapat direalisasi. Nilai netto yang dapat direalisasi pada umumnya dapat diperoleh dari harga pasar yang berlaku yang disesuaikan untuk memperhitungkan taksiran biaya penjualan dan oleh karena sepadan dengan harga pasar permintaan, ada dua alternatif yang dapat dipertimbangkan : (1) penggunaan indeks harga penjualan spesifik yang dihitung baik oleh sumber eksternal ataupun secara internal oleh perusahaan itu, dan penggunaan taksiran oleh eksternal atau oleh manajemen.”

Dalam menentukan persediaan pada umumnya ada empat metode yang dapat dipakai sebagai dasar penilaian , yaitu :

(1)        Metode Harga Perolehan

Metode ini merupakan dasar penilaian yang paling mudah dilakukan. Dihitung dan dibuktikan.

Harnanto (1992:237) menjelaskan mengenai harga perolehan sebagai berikut :

“Harga pokok di dalam akuntansi diartikan sebagai harga yang dibayar atau pengorbanan-pengorbanan yang terjadi untuk mendapatkan suatu aktiva. Dalam hal persediaan, maka harga pokok tersebut meliputi jumlah seluruh pengeluaran yang terjadi atau hutang-hutang yang timbul baik secara langsung ataupun secara tidak langsung untuk memperoleh barang-barang itu sampai di tempat dalam keadaan siap untuk dijual atau dipakai.”

Berdasarkan uraian di atas dimaksudkan bahwa walaupun dalam penentuan nilai persediaan berdasarkan harga perolehan tampaknya mudah, tetapi dalam kenyataan merupakan hal yang rumit. Pemakaian harga perolehan tidak menimbulkan masalah apabila jumlah atau harga tetap konstan. Pada kenyataan, perusahaan melakukan pembelian bahan baku beberapa kali dalam waktu yang berbeda-beda dengan harga perolehan yang berbeda pula. Hal ini menimbulkan masalah untuk penentuan harga bagi persediaan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka diasumsikan adanya aliran harga perolehan dapat digunakan dengan metode FIFO, LIFO, dan average dengan dasar penilaian persediaan harus dilaksanakan secara konsisten.

(2)     Metode Harga pasar yang Paling Rendah antara Harga Pokok dengan Harga Pasar

Metode ini merupakan alternatif bila manfaat dari persediaan tidak lagi sesuai dengan cost-nya, maka suatu penyimpangan dari suatu penilaian persediaan berdasarkan arus biaya yang dapat diterapkan. Dalam hal ini penurunan manfaat dapat disebabkan oleh kerusakan, perubahan tingkat harga atau sebab lainnya dalam transaksi penjualan.

(3)     Metode Estime/Harga Taksiran

Metode ini diterapkan bila harga jual menurut harga perolehan persediaan atau harga jualnya tidak mungkin dipastikan secara tepat. Misalnya persediaan tersebut terbakar atau terjadi bencana lainnya juga digunakan dimana persediaan perlu diproses lebih lanjut.

(4)     Metode Harga Jual

Apabila harga jual dipakai sebagai dasar penilaian, maka taksiran hanya yang diperlukan untuk menjual dan transportasinya, dan taksiran laba yang normal yang diharapkan harus dikurangkan dari harga jual dengan taksiran biaya penjualan, karena :

(a)    Sulit diukur harga pokoknya

(b)   Dapat dijual pada tingkat pertumbuhan

(c)    Karena sifatnya yang selalu tumbuh dan berkembang.

Pendapatan (Revenue)

Pada dasarnya konsep pendapatan sulit untuk didefinisikan, hal ini disebabkan karena pendapatan sering dikaitkan dengan prosedur akuntansi tertentu, jenis-jenis perubahan nilai tertentu dan kaidah-kaidah yang implisit mengenai kapan pendapatan harus dilaporkan. Karena itu, tinjauan akan konsep pendapatan dari aspek akuntansi meliputi pengertian pendapatan, penetapan waktu pelaporan. Untuk membahas pokok-pokok tersebut, terlebih dahulu ditinjau beberapa konsep pendapatan untuk mengetahui relevansi dan keterkaitannya dengan bahasan selanjutnya.

Berhubungan dengan definisi pendapatan, Suwardjono (2005:133) berpendapat sebagai berikut :

“…….pendapatan biasanya dipandang sebagai pendapatan netto yaitu kelebihan aliran sumber ekonomi yang masuk di atas aliran potensial jasa yang keluar dari kesatuan usaha dalam bentuk biaya-biaya yang dapat dibebankan. Bila aliran masuk lebih kecil daripada keluar maka akan terjadi rugi. Secara umum konsepsi tentang pendapatan sebagai kenaikan aktiva kotor lebih berarti dan bermanfaat dibandingkan dengan konsepsi netto (dipandang dari segi pemilik), khusus untuk tujuan-tujuan pengelolaan dan perencanaan perusahaan (managerial purpose)”.

Sedangkan menurut Belkaoui (2000: 87) mendefinisikan pendapatan sebagai berikut :

“Pendapatan berasal dari penjualan barang dan jasa dan diukur oleh beban yang ditanggung langganan, klien, atau penyewa atas barang dan jasa yang diserahkan kepada mereka. Pendapatan meliputi juga keuntungan dari penjualan atau pertukaran kekayaan atau aktiva (selain persediaan barang dagangan), bunga dan deviden yang diperoleh atas investasi, dan kenaikan  lain dalam hak milik, kecuali kenaikan hak milik yang berasal dari kontribusi modal dan penyesuaian modal.”

Dari beberapa pendapat, pada pokoknya pendapatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan yang berasal dari kegiatan utama perusahaan dan pendapatan yang berasal dari adanya pertumbuhan alamiah.

Metode Pengukuran Pendapatan

Cara yang paling baik untuk pengukuran pendapatan adalah dengan nilai tukar barang dan jasa. Menurut Haryono (1999: 127), pengukuran menitik beratkan pada harga pasar. Dimana harga pertukaran ditentukan melalui kesepakatan yang dicapai masing-masing pihak yang bersangkutan. Dengan demikian obyektivitas pengukuran lebih bisa dijamin, kecuali pada transaksi yang terjadi diantara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

Dua pendekatan yang dipakai dalam pengukuran pendapatan, yaitu :

a)    Pendekatan Aktivitas

Pendapatan ini lebih berorientasi pada nilai tambah (value added) dalam arti ekonomis. Penekanan utama dari pendekatan ini adalah deskripsi kegiatan dan bukan pada pelaporan transaksi. Dengan demikian setiap penggantian tahap kegiatan perusahaan maka pendapatan juga akan berubah, mulai dari pendirian perusahaan melalui pengadaan fasilitas produksi dan faktor produksi lainnya.sampai proses penjualan dan bahkan sampai penagihan piutang.

Pada dasarnya dalam penerapan, pendekatan ini merupakan  kelanjutan dari pendekatan atas dasar transaksi, karena pendekatan ini pendapatan dapat diklasifikasikan sesuai dengan jenis operasi di dalam perusahaan, misalnya pendapatan dari produksi dan penjualan produk, pendapatan yang berasal dari pembelian dan penjualan surat berharga.

b)   Pendekatan Transaksi

Dalam pendekatan transaksi, perubahan atas assets dan liabilities hanya dicatat karena akibat dari transaksi, baik transaksi intern maupun ekstern. Transaksi ekstern timbul karena adanya hubungan perusahaan dengan pihak luar perusahaan serta transfer aktiva (assets) atau hutang (liabilities) kepada atau dari perusahaan lain. Transaksi ekstern bersifat eksplisit karena didasarkan atas bukti obyektif dari pihak ekstern.

Sedangkan transaksi intern, timbul karena adanya pengalokasian atau pemakaian aktiva dalam suatu perusahaan. Berlawanan dengan transaksi intern sifatnya implisit karena didasarkan bukti-bukti dari dalam perusahaan dan lemah dari segi obyektifitas.

Pengukuran dengan pendekatan ini bertumpu pada realisasi, yaitu pada saat terjadinya transaksi penjualan. Oleh karena itu prosedur umum dalam pendekatan ini adalah mencatat semua pendapatan dan biaya yang timbul  dari transaksi intern.

Penetapan Waktu Pelaporan Pendapatan

Pendapatan harus menunjukkan sesuatu yang dapat diukur dan bukan hanya sekedar pengetahuan bahwa pertambahan nilai sudah terjadi. Pertambahan nilai merupakan suatu proses terus menerus yang terjadi selama proses produksi sampai barang tersebut dijual, sedangkan cara yang sering dipakai dalam pengukuran pendapatan adalah pendekatan atas dasar himpun dan kejadian krisis.

a)    Atas Dasar Himpun

Pendapat ini menyatakan bahwa pendapatan boleh dilaporkan selama produksi (pendapatan dihitung secara proporsional dengan tugas yang dikerjakan atau jasa yang dikeluarkan). Pada akhir produksi, pada saat penjualan barang atau pada saat pengumpulan hasil penjualan.

b)   Atas Dasar Kejadian Krisis

Menurut pendekatan ini, waktu pengakuan pendapatan yang paling tepat adalah pada saat keputusan yang paling kritis diambil, atau pada saat tugas yang paling sulit dilaksanakan. Misalnya pada saat penjualan, pada saat terselesainya produksi dan pada saat penerimaan pembayaran setelah penjualan.

Pertumbuhan Alamiah Accretion

Pertumbuhan atau accretion merupakan salah satu metode pengakuan pendapatan. Pertumbuhan itu sendiri adalah pertambahan nilai yang merupakan suatu proses terus menerus yang terjadi selama proses produksi secara alamiah lainnya, sebagai contoh adalah usaha perkebunan, peternakan, dan proses penuaan atau aging process.

Berhubungan dengan pengertian pertumbuhan (accretion) beberapa ahli mengemukakan pendapatnya, Hendriksen (1995:171) mendefinisikannya sebagai berikut :

“Yang berkaitan dengan pelaporan pendapatan selama produksi adalah pengakuan kenaikan nilai yang timbul dari pertumbuhan alami atau proses pertambahan umur. Pertumbuhan alami atau penuaan ini sepanjang waktu hanyalah bagian proses produksi, ditinjau dari pandangan ilmu ekonomi, sebagai proses perubahan bentuk barang. Oleh sebab itu, dalam pengertian ekonomi pertumbuhan menimbulkan pendapatan, contohnya antara lain pertumbuhan kayu, pembibitan ternak, peternakan dan penyimpanan minuman keras dan anggur dalam waktu lama.”

Sedangkan menurut Suwardjono (2005:195), pertumbuhan adalah sebagai berikut :

“Sangat erat hubungannya dengan masalah pengakuan pendapatan sebagai fungsi kegiatan atau kemajuan produksi adalah masalah pertambahan nilai akibat pertumbuhan fisik atau proses alamiah lainnya. Pertambahan nilai ini disebut dengan akresi (accretion).”

Menurut Tuanakotta (1985:160-161), pengertian accretion adalah sebagai berikut:

Accretion ini adalah pelaporan revenue dalam masa produksi dengan cara mengakui kenaikan nilai karena pertumbuhan alamiah atau karena pertambahan umur. Pertumbuhan alamiah atau pertambahan umur ini mengenai accretion ini dapat dilihat pada peternakan, kehutanan, dan bertambahnya nilai karena proses penuaan (aging Process) daripada anggur.”

Dari definisi dan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan alamiah (accretion) adalah bagian dari konsep pengakuan pendapatan. Dalam accretion, perubahan aktiva netto tercermin dari kenaikan nilai aktiva tersebut sebagai akibat dari proses pertumbuhan secara alamiah.

Sifat-Sifat Pertumbuhan Alamiah

Sifat dari pertumbuhan alamiah tidak lepas dari sifat-sifat pendapatan serta pendekatan tentang pendapatan seperti telah dijelaskan di atas. Tuanakotta memberikan pendapat sebagai berikut :

“Pada dasarnya ada dua pendekatan terhadap konsep revenue yang dapat ditemukan dalam literatur akuntansi. Pertama, pendekatan yang memusatkan perhatian kepada arus masuk (inflow) daripada assets yang ditimbulkan oleh kegiatan operasional perusahaan. Yang kedua memusatkan perhatian kepada penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan dan transfer barang dan jasa tersebut kepada konsumen  atau  produsen.”

Kemudian Tuanakotta (1985:161) juga menjelaskan sebagai berikut :

“ …… namun dalam definisi-definisi tersebut tersirat bahwa produk tersebut harus meninggalkan perusahaan (jadi merupakan outflow concept.) Committee on Accounting Concepts and Standarts dari AAA misalnya memberikan definisi: “pendapatan adalah pernyataan sumber moneter mengenai barang dan jasa yang ditransfer perusahaan kepada langganan-langganannya dalam suatu jangka waktu tertentu.”

Dari uraian tersebut pendapatan dari pertumbuhan hanya dapat diakui melalui proses penilaian persediaan secara komperatif atau persediaan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan atau nilai realisasi bersih yang lebih rendah untuk kepentingan pelaporan pendapatan pada waktu tertentu, karena nilai dari persediaan dapat mencerminkan pendapatan yang dikandungnya. Keadaan ini memungkinkan perspektif yang lebih luas bagi proses pengukuran dan penetapan pendapatan, sedangkan bila pertumbuhan diterapkan dengan pendekatan inflow, maka tidak memungkinkan perspektif yang lebih luas bagi proses pengukuran dan saat pelaporannya. Pada umumnya aktiva akan bertambah dan kewajiban akan berkurang pada waktu penjualan atau penyerahan barang dan jasa. Pendekatan arus masuk juga mengharuskan pernyataan yang teliti mengenai arus mana yang boleh dianggap sebagai pendapatan. Jika pendapatan dirumuskan dengan cara ini maka ada pengecualian, seperti pendapatan dilaporkan sebelum penjualan dan sebelum arus masuk aktiva benar-benar terjadi.

Hal ini kurang sesuai diterapkan dalam pengakuan pendapatan pertumbuhan. Dari penjelasan di atas definisi pendapatan sebagai produk lebih unggul dibandingkan dengan konsep outflow.

Kriteria-Kriteria Pertumbuhan

Berhubungan dengan kriteria yang harus dipenuhi untuk penerapan pengakuan pendapatan pertumbuhan ini, Hendriksen (1990: 176) mengemukakan sebagai berikut :

“Kriteria yang penting adalah kepastian harga jual itu tambahan biaya yang diperlukan untuk memungkinkan pertumbuhan optimum dan persiapan penjualan. Jika pasar yang pantas tidak terjamin, atau jika tambahan tidak pasti, maka pelaporan pendapatan dari pertumbuhan sangat tidak tepat.”

Jadi kriteria yang paling penting untuk diterapkannya konsep pertumbuhan adalah adanya kepastian tentang harga jual akhir dari produk dan biaya-biaya tambahan lainnya yang dari produk dan biaya-biaya tambahan lainnya yang dibutuhkan untuk memungkinkan pertumbuhan yang optimal dan persiapan-persiapan untuk melakukan penjualan.

Pengukuran Pendapatan dari Pertumbuhan Alamiah

Untuk menentukan pendapatan dari accretion maka dipakai perhitungan net realizable value. Akuntansi net realizable value menurut Belkaoui (1993) adalah sebagai berikut :

Akuntansi nilai netto yang dapat direalisasikan disesuaikan tingkat harga umum pada dasarnya bercirikan :

a)      Mempergunakan nilai netto yang dapat direalisasikan sebagai sifat elemen laporan keuangan.

b)      Mempergunakan suatu daya beli umum sebagai satuan ukuran.

c)      Meninggalkan prinsip realisasi.

d)      Memisahkan laba usaha keuntungan dan kerugian pemilik senyatanya, dan

e)      Memisahkan kerugian dan keuntungan pemilikan yang sungguh-sungguh terealisasi dan belum terealisasi.”

Biaya Produksi

Pengertian Biaya Produksi

Sebelum membahas biaya produksi, maka dipandang perlu membahas pengertian biaya secara umum. Istilah biaya seringkali dianggap sama dengan ongkos dan diartikan sebagai biaya yang telah selesai masa berlakunya. Biaya diukur menurut perbandingan dengan pengeluaran barang atau jasa yang diperhitungkan terhadap penghasilan untuk menentukan pendapatan.

Dari uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan pengorbanan yang dapat dianggap sebagai biaya, apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a)      Merupakan keharusan, yang berarti pengorbanan itu tidak terelakkan.

b)      Dapat diduga sebelumnya.

c)      Dapat dihitung atau ditetapkan besarnya secara kuantitatif.

Berdasarkan uraian di atas, maka adanya pemborosan, kecurian, kekeliruan, dan lain-lain yang tidak memenuhi syarat di atas tidak dimasukkan sebagai biaya. Untuk selanjutnya akan dibahas pengertian tentang biaya produksi, yang dimaksud biaya produksi menurut Mulyadi (1991:14) adalah :

“Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk siap untuk dijual.”

Unsur-Unsur Biaya Produksi

Unsur-unsur biaya produksi menurut Matz dan Usry (1994:37) adalah sebagai berikut :

a)      Bahan langsung (direct material) adalah semua bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi dan yang dapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya produk.

b)      Pekerja atau tenaga kerja langsung (direct labour) adalah karyawan yang dikerahkan untuk merubah barang langsung menjadi barang jadi. Biaya ini meliputi gaji para karyawan yang dapat dibebankan kepada produk tertentu.

c)      Overhead pabrik (faktor overhead) yang disebut overhead pabrikasi atau beban pabrik dapat didefinisikan sebagai biaya dari beban tidak langsung dan semua biaya pabrikasi lainnya yang tidak dibebankan langsung ke pabrik.

d)      Bahan tidak langsung (indirect material) adalah bahan-bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk, tetapi pemakaiannya kecil atau sedemikian rumit sehingga tidak dapat dianggap sebagai bahan langsung.

Dari keempat unsur biaya produksi di atas, maka biaya bahan baku dan tenaga kerja biasa disebut prime cost, sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung overhead pabrik disebut biaya konversi.

Setelah mempelajari teori diatas maka penelitian dapat menyimpulkan bahwa biaya-biaya yang dimaksud disini adalah nilai input  (input value) yang dikeluarkan selama proses pemeliharaan/pengembangan oleh Koperasi dibagi ke dalam beberapa bagian. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan diatas, bahwa biaya yang dikeluarkan tersebut akan selalu melekat dalam proses pertumbuhan, hal penting yang perlu diperhatikan adalah kejadian yang mendukung konsep accretion, perlu diperhatikan pendapat yang mengatakan bahwa tidak ada ketentuan yang melarang untuk melaporkan taksiran accretion, asal tidak mengaburkan cost (harga perolehan) yang benar-benar terjadi.

Pokok pikiran yang dikemukakan tersebut akan menambah pedoman atau  dasar untuk menerapkan konsep accretion pada pengembangan lebah. Atas dasar teori di atas maka penerapan accretion untuk mengakui adanya pendapatan karena pertumbuhan alamiah pada pengembangan lebah dapat dilakukan. Kejadian yang mendukung dilakukannya penilaian persediaan berdasarkan accretion adalah waktu pengembangan lebah yang satu dengan waktu pengembangan lebah pada periode berikutnya. Terutama adanya peningkatan nilai karena pertumbuhan secara alamiah, jadi pengukuran laba bersih diasumsikan menunjukkan kelebihan pendapatan yang dilaporkan selama satu periode atas biaya yang berkaitan dan dilaporkan selama periode yang sama.

Pentingnya penilaian dalam konsep accretion ini karena penekanannya diletakkan pada pengakuan dan pencatatan perubahan nilai yang didukung dengan bukti terbaik dari nilai keluaran akhir persediaan atau kas yang akhirnya diterima. Untuk dapat mendekati nilai keluaran atas persediaan dalam konsep accretion, maka dianjurkan memakai pendekatan nilai bersih yang dapat direalisasi (Net Realizable Value/NVR). Pendekatan tersebut seperti telah dikemukakan oleh Hendriksen maupun Tanakotta.

Dalam perhitungan ini maka menghitung pendapatan karena pertumbuhan alamiah atau accretion dilakukan dengan membandingkan Net Realizable Value dengan nilai persediaan sebelumnya. Pemakaian konsep nilai bersih yang dapat direalisasi dalam pengukuran nilai persediaan bukan merupakan penyimpangan dari prosedur penilaian yang lazim. Hal tersebut lebih merupakan upaya guna memenuhi tujuan pokok akuntansi yaitu mendekatkan nilai persediaan pada nilai output yang wajar.

Selanjutnya pengakuan pendapatan berdasarkan pertumbuhan alamiah/acceretion dapat ditentukan dengan membandingkan nilai-nilai persediaan dari periode ke periode. Sedangkan perhitungan untuk menentukan pendapatan atau laba dari pertumbuhan dapat dipakai seperti yang disebutkan dalam Bab I. Sehubungan dengan penentuan waktu pengembangan maka untuk penilaian pendapatan dengan pertumbuhan alamiah/accretion harus memperhatikan  prinsip konservatif. Dalam hal demikian perusahaan dapat mengukur nilai persediaan dengan mengurangkan Normal Mark-Up dari nilai bersih yang dapat direalisasi (Net Realizable Value). Nilai tersebut merupakan input value dari persediaan, sedangkan nilai bersih yang direalisasi merupakan nilai keluaran atau output value.

Penilaian persediaan berdasarkan nilai bersih yang dapat direalisasi (NRV) akan memungkinkan adanya probabilitas pendapatan pada tingkat-tingkat tertentu, dan merupakan  suatu usaha perbaikan  atas laporan dengan jumlah nilai tunggal terhadap persediaan. Dalam hal ini pemeliharaan/pengembangan lebah persediaan yang dimaksud adalah lebah madu yang siap diproduksi. Dalam hal ini penilaian terseburt dapat dijadikan pertimbangan untuk menentukan saat pengembangan yang tepat untuk periode berikutnya.

Beberapa hal penting untuk memperhatikan dalam penerapan konsep accretion adalah pelaksanaan penilaian bertujuan untuk mengukur setiap kenaikan dari aktiva khusus. Penerapan konsep accretion bukanlah untuk menyajikan nilai koperasi secara keseluruhan. Dengan demikian penerapan konsep accretion bukan untuk penyajian laporan keuangan koperasi atau untuk pertimbangan bagi penanam modal serta kelompok lain, tetapi lebih ditekankan untuk kepentingan koperasi dalam menentukan waktu pemeliharaan/pengembangan lebah yang lebih menguntungkan.

Pada Koperasi Madu Karya Wonosalam Jombang proses pemeliharaan yang terjadi mulai periode masa pengembangan bulan Januari sampai dengan bulan Maret akan menimbulkan biaya tambahan berkenaan dengan pengembangan lebah. Dalam menentukan biaya persediaan pada masa pengembangan lebah berikutnya, harus diantisipasikan dari nilai (harga) keluaran berjalan/current output price. Prosedur penilaian tersebut dikenal dengan nilai bersih yang dapat direalisasi dari persediaan.

Kebijaksanaan waktu pemeliharaan/perkembangan patut dipertimbangkan. Hal ini dikarenakan adanya harapan dapat diperolehnya hasil pengembangan koloni lebah yang lebih banyak dan dengan mutu yang lebih baik dibanding dengan pengembangan yang sebelumnya. Keuntungan yang diharapkan dari hasil seperti itu adalah naiknya nilai jual dan makin bertambahnya jumlah hasil madu yang siap untuk dijual.

Sebelum melangkah pada penganalisaan kenaikan nilai dengan biaya-biaya yang terjadi pada proses pemeliharaan, agar tidak dapat terjadi hal yang menyesatkan, maka hal yang perlu diperhatikan :

  1. Dalam proses pengembangan terdapat kemungkinan pilihan dalam menetapkan waktu pengembangan itu.
  2. Dengan semakin dipilihnya bibit yang baik proses pemeliharaan akan berakibat semakin meningkatnya kuantitas produk tersebut.

Teori akuntansi merupakan penalaran logis dalam bentuk seperangkat prinsip luas yang memberikan kerangka acuan umum yang dapat digunakan untuk menilai praktek akuntansi memberi arah pengembangan prosedur dan praktek baru. Tujuan teori akuntansi adalah untuk memberikan seperangkat prinsip logis yang saling berkaitan, yang membentuk kerangka acuan umum bagi penilaian dan pengembangan praktek akuntansi yang sehat. Dalam pengembangan teori akuntansi selain pertimbangan kemampuan untuk menjelaskan atau meramalkan, juga harus dipertimbangkan kesanggupan teori tersebut untuk mengukur risiko, atau probabilitas prediksi untuk berfungsi sebagai pernyataan yang tepat atas kejadian di masa depan.

TINGKATAN TEORI AKUNTANSI

Teori akuntansi dapat dikelompokkan dalam tiga tingkat utama, yaitu:

Ad. 1 Teori Sintaksis

Teori ini berhubungan dengan struktur proses pengumpulan data dan pelaporan keuangan. Teori sintaksis mencoba menerapkan praktek akuntansi yang sedang berjalan dan meramalkan bagaimana para akuntan harus bereaksi terhadap situasi tertentu atau bagaimana mereka akan melaporkan kejadian-kejadian tertentu. Teori-teori yang berhubungan dengan struktur akuntansi antara lain teori praktek akuntansi tradisional (oleh Ijiri dan Sterling) yang disebut model Ijiri, model ini menerangkan praktek akuntansi tradisional yang ditekankan pada sistem biaya historis/ harga perolehan (historical cost system). Diperlukan untuk memperoleh pandangan yang lebih luas tentang praktek yang sedang berlangsung. Teori ini memungkinkan untuk dievaluasi secara lebih tepat, juga memungkinkan pengevaluasian terhadap praktek-praktek yang ada, yang tidak sesuai dengan teori tradisional. Teori yang berhubungan dengan struktur akuntansi dapat diuji untuk melihat konsistensi logis dalam teori itu, atau untuk melihat apakah teori-teori itu bener-bener dapat meramalkan apa yang dikerjakan akuntan. Pengujian lain menunjukkan bahwa meskipun teori tradisional tidak lengkap, namun sudah menunjukkan variabel-variabel yang relevan.

Ad. 2 Teori Interpretasional (semantis)

Teori ini berkonsentrasi pada hubungan antara gejala (obyek atau kejadian) dan istilah atau simbol yang menunjukkannya. Teori-teori yang berhubungan dengan interpretasi (semantik) diperlukan untuk memberikan pengertian dalil-dalil akuntansi yang bertujuan meyakinkan bahwa penafsiran konsep oleh para akuntan sama dengan penafsiran para pemakai laporan akuntansi. Pada umumnya, konsep akuntansi tidak dapat diinterpretasikan dan tidak mempunyai arti selain sebagai hasil prosedur akuntansi tertentu. Misalnya, laba akuntansi merupakan konsep buatan yang mencerminkan kelebihan pendapatan atas beban sesudah menerapkan aturan tertentu untuk mengukur pendapatan dan beban. Teori interpretasi memberikan interpretasi yang berguna terhadap konsep buatan dan menilai prosedur akuntansi alternatif berdasarkan interpretasi. Namun, konsep-konsep umum sering tidak dapat diinterpretasikan dan diberi pengertian yang berbeda oleh para peneliti yang berbeda. Misalnya, nilai tidak memiliki interpretasi khusus. Current value (nilai saat ini/nilai berlaku) akan mempunyai pengertian yang sama, sebelum menginterpretasikan kita harus melihat subkonsepnya dahulu sehingga terdapat kesepakatan yang jelas mengenai interpretasinya. Konsep nilai sekarang dari jasa yang akan datang, arus kas yang didiskontokan (discounted cash flows), harga pasar berlaku (current market prices), dan nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value) semuanya merupakan subkonsep dari nilai berlaku (current value) dan masing-masing dapat diberi aturan interpretasi khusus. Contoh penerapan teori interpretif adalah sebagai berikut: pengukuran nilai persediaan pada saat ini, langkah pertama adalah menunjukkan sub konsep untuk menerapkan aturan interpretasi khusus. Jika harga beli berlaku yang dipilih maka current value dapat didefinisikan sebagai harga tukar untuk suatu barang di pasar pembelian pada tanggal neraca. Jika harga pasar tidak ada dapat dianggap harga pasar tidak layak pakai, maka alternatifnya adalah menilai prosedur akuntansi lain yang tersedia dalam kondisi interpretasi ini. Pembuktian teori ini dapat diperoleh dari riset yang dilakukan untuk menentukan apakah pemakai informasi akuntansi memahami makna yang dimaksudkan oleh pembuat informasi, apakah telah konsisten dengan teori yang ada.

Ad. 3 Teori Perilaku (pragmatik)

Teori ini menekankan pada pengaruh laporan serta ikhtisar akuntansi terhadap perilaku atau keputusan. Penekanan dalam perkembangan teori akuntansi adalah penerimaan orientasi komunikasi dan pengambilan keputusan. Sasarannya pada relevansi informasi yang dikomunikasikan kepada para pengambil keputusan dan perilaku berbagai individu atau kelompok sebagai akibat penyajian informasi akuntansi serta pengaruh laporan dari pihak eksternal terhadap manajemen dan pengaruh umpan balik terhadap tindakan para akuntan dan auditor. Jadi, teori perilaku mengukur dan menilai pengaruh-pengaruh ekonomik, psikologis, dan sosiologis dari prosedur akuntansi alternatif dan media pelaporannya.

PENALARAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF PENALARAN DEDUKTIF

Metode penalaran deduktif dalam akuntansi adalah proses yang bermula dengan tujuan dan postulat, yang dari sini diturunkan prinsip-prinsip logis yang memberikan landasan bagi penerapan yang konkret dan praktis. Jadi, aturan atau penerapan praktis berasal dari penalaran logis, postulat dan prinsip yang ditarik secara logis seharusnya tidak hanya mendukung atau berusaha menjelaskan kelaziman akuntansi atau praktek yang sekarang telah diterima.

Struktur proses deduktif mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. perumusan tujuan umum dan khusus laporan keuangan

2. pernyataan mengenai postulat akuntansi yang berhubungan dengan bidang ekonomi, politik, dan sosial dimana akuntansi harus berperan

3. seperangkat kendala untuk mengarahkan proses penalaran

4. suatu struktur, rangkaian simbol, atau kerangka acuan dimana ide-ide dapat dinyatakan dan diikhtisarkan

5. pengembangan seperangkat definisi

6. perumusan prinsip atau pernyataan umum mengenai kebijakan yang diturunkan dari proses logik

7. penerapan prinsip-prinsip dalam situasi khusus dan penetapan metode serta aturan prosedural

8. Dalam proses deduktif, perumusan tujuan sangat penting karena tujuan yang berbeda dapat mensyaratkan struktur yang sama sekali berbeda dan menghasilkan prinsip-prinsip yang berbeda pula.

Teori akuntansi harus cukup fleksibel untuk memenuhi berbagai tujuan yang berbeda, tetapi cukup ketat untuk mempertahankan keseragaman dan konsistensi dalam laporan keuangan kepada pemegang saham dan masyarakat umum.

Kendala merupakan pembatasan pengembangan prinsip yang diturunkan dari tujuan dan postulat. Batasan-batasan ini diperlukan karena beberapa keterbatasan lingkungan, khususnya yang disebabkan oleh ketidakpastian mengenai masa yang akan datang dan perubahan di dalam lingkungan, misalnya fluktuasi dalam nilai unit pengukur yaitu uang. Simbol dan struktur kerja umum diperlukan sebagai sarana pengkomunikasian ide-ide, dalam akuntansi dapat berupa persamaan akuntansi dan beberapa laporan keuangan turunan. Dalam struktur ini, laporan-laporan keuangan saling berkaitan guna menjaga konsistensi internal.

Kelemahan metode deduktif adalah jika setiap postulat dan premis ternyata salah, maka kesimpulannya juga akan salah. Metode ini juga dianggap menyimpang dari kenyataan untuk bisa menurunkan prinsip yang realistis dan berguna, atau untuk memberikan dasar bagi aturan-aturan praktis.

PENDEKATAN INDUKTIF

Proses induktif meliputi penarikan kesimpulan umum dari pengamatan dan pengukuran yang terinci. Pendekatan induktif tidak dapat dipisahkan dari pendekatan deduktif, karena pendekatan deduktif memberikan petunjuk pemilihan data yang akan ditelaah.

Dalam akuntansi, proses induktif melibatkan pengamatan data keuangan perusahaan. Jika terdapat hubungan yang berulang-ulang, maka generalisasi dan prinsip dapat dirumuskan, sehingga ide dan prinsip yang baru dapat ditemukan, khususnya bila pengamatan tidak dipengaruhi oleh prinsip dan praktek yang berlaku. Misalnya pengamatan terhadap sejumlah perusahaan dapat dibuktikan kecenderungan historis dari penjualan masa lalu merupakan alat ramal yang lebih baik untuk kas yang akan diterima dari pelanggan pada masa yang akan datang ketimbang catatan kas yang sesungguhnya diterima pada masa lalu karena adanya tenggang waktu dalam proses penagihannya. Keunggulan pendekatan induktif adalah tidak perlu dibatasi oleh model atau struktur yang ditetapkan terlebih dahulu. Para peneliti bebas mengadakan pengamatan yang dianggap relevan, generalisasi atau prinsip yang telah dirumuskan harus ditegaskan dengan proses logis pendekatan deduktif dan pembuktian kesimpulan. Kelemahan utama prosesi induktif adalah bahan pengamat mungkin dipengaruhi oleh ide-ide di bawah sadar mengenai hubungan apa yang relevan dan data apa yang harus diamati.

Kesulitan pendekatan induktif dalam akuntansi adalah data mentah mungkin berbeda bagi setiap perusahaan, yang mungkin hubungannya berbeda sehingga sulit menarik generalisasi dan prinsip-prinsip dasar. Misalnya hubungan antara total pendapatan dan harga pokok penjualan mungkin konstan terus untuk beberapa perusahaan, tetapi hal ini bukan berarti konsep laba kotor historis merupakan pengukuran yang baik untuk meramalkan operasi suatu perusahaan pada masa datang dalam seluruh kasus.

Teori induktif maupun deduktif bersifat deskriptif atau normatif. Teori deskriptif berusaha menguraikan dan menjelaskan apa dan bagaimana informasi keuangan disajikan serta dikomunikasikan kepada pemakai data akuntansi. Teori normatif menjelaskan data apa yang seharusnya dikomunikasikan dan bagaimana data itu harus disajikan.

BEBERAPA PENDEKATAN PERILAKU ALTERNATIF

Salah satu langkah pertama dalam pengembangan teori akuntansi adalah pernyataan yang jelas mengenai tujuan perilaku (behavioral objectives) pemakai laporan.

Berberapa alternatif pendekatan perilaku adalah sebagai berikut: Teori-teori penilaian investasi Tujuan utama laporan akuntansi keuangan adalah untuk menyajikan informasi kepada para pemegang saham dan para calon pembeli saham guna membantu mereka mengambil keputusan utnuk membeli atau menjual atau menahan saham biasa perusahaan.

Teori ini mencakup: Teori-teori nilai intrinsic, untuk menjelaskan harga surat berharga. Nilai intrinsik adalah nilai yang dianggap investor sebagai nilai yang sesungguhnya dari surat berharga dan nilai yang akan tercermin dalam harga pasarnya. Hipotesis pasar yang efisien, menyatakan bahwa pasar surat berharga adalah efisien.

Tiga bentuk pasar efisien yang dikenal secara umum adalah

(1) bentuk lemah – harga-harga surat berharga mencerminkan informasi yang tersirat dalam urutan harga historis;

(2) bentuk semikuat – harga-harga surat berharga mencerminkan sepenuhnya seluruh informasi yang tersedia bagi publik mengenai perusahaan;

(3) bentuk kuat – harga-harga surat berharga mencerminkan bahkan termasuk informasi khusus.

Teori Portofolio, menyatakan bahwa para investor yang rasional akan lebih suka menyimpan surat berharga yang memaksimisasi rate of return (tingkat laba) yang diharapkan untuk tingkat risiko tertentu atau meminimisasi tingkat risiko untuk tingkat laba yang diharapkan. Teori portofolio bersifat normatif karena menjelaskan bagaimana investor seharusnya bertindak, teori ini penting karena menunjukkan perlunya membedakan antara risiko sistematik (variabilitas yang dikaitkan dengan pergerakan harga pasar umum) dan risiko nonsistematik (variabilitas tingkat laba suatu surat berharga yang tidak dikorelasikan dengan tingkat laba untuk pasar secara keseluruhan).

PEMROSESAN INFORMASI MANUSIA

Tujuan telaah ini adalah:

1. Untuk meningkatkan kemampuan informasi keuangan untuk mencerminkan secara akurat obyek atau kejadian yang sesungguhnya

2. Untuk memahami bagaimana jumlah, jenis dan format informasi keuangan mempengaruhi penilaian atau prediksi para pemakai

3. Untuk memahami kemampuan pengambil keputusan untuk bereaksi secara tepat terhadap persepsi lingkungan (ketepatan reaksi)

4. Untuk memahami bagaimana para individu menangani kerumitan dalam pengambilan keputusan

5. Indikator prediktif

Ada empat cara untuk mengaitkan data akuntansi dengan masukan model-model keputusan :

1. Prediksi langsung, dibuat oleh akuntan dan pihak manajemen dalam bentuk prakiraan (forecast) yang dapat diuji akuntan independen.

2. Prediksi tak langsung, merupakan konsep yang paling umum diterapkan. Data masa lalu dianggap memiliki kemampuan prediktif yang dapat digunakan untuk memperkirakan obyek atau kejadian masa datang.

3. Penggunaan indikator utama akan menekankan kemampuan akuntansi untuk meramalkan titik balik.

4. Penggabungan informasi dapat digunakan sebagai indikator prediktif, data akuntansi tertentu tidak dapat digunakan untuk membuat prediksi, tetapi mungkin akan menjadi relevan bila digabung dengan informasi lainnya untuk menilai prospek perusahaan di masa mendatang.

PENDEKATAN KEJADIAN (EVENTS APPROACH)

Tiga masalah dalam pengembangan teori akuntansi adalah:

1. Haruskah laporan keuangan ditujukan pada pemakai tertentu dan kebutuhannya atau pada berbagai pemakai yang kebutuhannya bermacam-macam.

2. Seberapa rinci jenis informasi akuntansi tertentu harus disajikan

3. Jenis informasi apa yang harus dipilih untuk disajikan Kelemahan pendekatan ini adalah:

a. Kriteria untuk memilih informasi apa yang harus disajikan tidak jelas, sehingga tidak mengarah pada teori akuntansi yang berkembang

b. Perluasan data mungkin menyebabkan informasi yang berlebihan bagi pemakainya

c.  Tidak terdapat bukti bahwa pengukuran kejadian lebih dapat diverifikasi daripada pengukuran obyek, atau penyajian ciri-ciri kejadian membutuhkan prediksi yang lebih baik daripada penyajian kejadian dan obyek yang dipilih.

PENDEKATAN ETIS

1. Pendekatan etis terhadap teori akuntansi menekankan konsep keadilan, kebenaran, dan kewajaran. Konsep dasarnya adalah:

2. Prosedur akuntansi harus memberikan perlakuan yang adil (sama rata) bagi semua pihak yang berkepentingan

3. Laporan keuangan harus menyajikan laporan yang benar dan akurat tanpa kesalahan penyajian

4. Data akuntansi haruslah wajar, tidak menyesatkan, dan tidak memihak pada kepentingan tertentu.

Penggunaan teori komunikasi Penekanan pada faktor-faktor sosiologis perusahaan Teori akuntansi sosial mensyaratkan suatu pernyataan tujuan, konsep sosial dan metode pengukurannya, struktur pelaporan dan komunikasi informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan meliputi biaya dan manfaat internal bagi perusahaan, serta biaya dan manfaat yang hanya mempengaruhi pihak luar, membuat perbandingan sasaran perusahaan dan kegiatan yang berkaitan dengan prioritas sosial, dan mempertanggungjawabkan sumbangan terhadap tujuan sosial kepada masyarakat umum.

VERIFIKASI TEORI AKUNTANSI

Dalam pengembangan pemahaman akuntansi atau praktek akuntansi, teori akuntansi harus dapat dikonfirmasi. Konfirmasi harus dapat diterima pada beberapa tingkat: Premis mengenai dunia nyata harus berdasarkan hubungan antara pernyataan dan gejala yang dapat diamati Hubungan beberapa pernyataan didalam teori harus dapat diuji dari segi konsistensi logis Jika ada premis yang didasarkan pada pertimbangan nilai yang tidak pasti, maka kesimpulan teori atau hipotesis yang sedang diuji harus tergantung pada verifikasi nilai yang independen.

KONTROVERSI DALAM PENGEMBANGAN PRINSIP DAN PROSEDUR AKUNTANSI

Setiap pendekatan teori akuntansi berperan membantu penerapan dan pengevaluasian prinsip dan prosedur akuntansi. Pengembangan dan penerapan teori akuntansi berusaha menempatkan semua pendekatan teori dalam prespektif yang tepat dengan penekanan khusus pada proses deduktif yang disertai pembahasan verifikasi empiris dimana temuan penelitian dianggap relevan.

LINGKUNGAN AKUNTANSI

Lingkungan akuntansi berpengaruh langsung terhadap tujuan akuntansi dan penjabaran prinsip dan aturan secara logis. Tidak semua aspek masyarakat relevan bagi akuntansi, beberapa tidak relevan, beberapa lainnya relevan secara tidak langsung. Aspek masyarakat yang relevan secara langsung adalah aspek ekonomi, sosial, dan politik. Kesatuan akuntansi (accounting entity)

Definisi kesatuan akuntansi adalah menentukan unit ekonomi yang mengendalikan sumber-sumber daya, bertanggungjawab untuk membuat dan melaksanakan kegiatan ekonomi. Kesatuan akuntansi dapat berupa perusahaan perseorangan, firma, atau perseroan terbatas atau perusahaan konsolidasi yang melaksanakan kegiatan ekonomi untuk mencari laba atau bukan untuk mencari laba. Pemilihan kesatuan yang tepat dan penentuan batasannya tergantung pada tujuan laporan dan kepentingan para pemakai informasi yang dilaporkan. Kesinambungan (continuity) Unit kesatuan ekonomi akan beroperasi selama periode waktu yang tak terbatas untuk melaksanakan komitmen yang ada, dan tidak bermaksud untuk melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya. Jika likuidasi terpaksa dilakukan maka prosedur akuntansi yang biasa tidak dapat diterapkan lagi, harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus diungkapkan.

TUJUAN AKUNTANSI

Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyajikan informasi mengenai transaksi dan posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun, tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi, misalnya keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka pada perusahaan tersebut. Relevansi Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan masa depan, menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.

KENDALA PEMAKAI

Kendala utama timbul karena para akuntan kurang mampu mengendalikan kemampuan para pemakai untuk mengelola data yang sangat banyak atau untuk menginterpretasikan data yang terikhtisar dalam membuat ramalan, tanpa memperhatikan perbaikan laporan keuangan dan penyajian semua informasi yang perlu untuk membuat keputusan atas ramalan tersebut.

Materialitas Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakekat dan materialitasnya. Informasi dianggap material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atsa dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos dan kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat.

Konsistensi

Konsistensi penggunaan prosedur akuntansi yang sama oleh satu perusahaan dari satu periode ke periode berikutnya, penggunaan konsep dan prosedur pengukuran yang sama untuk perkiraan yang bersangkutan dalam laporan perusahaan dalam suatu periode, dan penggunaan prosedur yang sama oleh perusahaan yang berbeda. Jika digunakan prosedur pengukuran yang berbeda maka sulit untuk memproyeksikan tren atau menjelaskan pengaruhnya terhadap perusahaan dari periode ke periode yang dipengaruhi faktor eksternal.

Tepat Waktu (Timeliness)

Informasi harus tepat waktu, artinya informasi yang digunakan investor dan kreditor pada saat membuat ramalan dan keputusan harus terbaru. Pengumpulan dan pengikhtisaran informasi akuntansi dan publikasinya harus secepat mungkin guna menjamin tersedianya informasi yang tepat waktu bagi para pemakai.

PENGUKURAN DI DALAM AKUNTANSI

Pengukuran melibatkan proses penggolongan, pengidentifikasian, serta pengungkapan informasi yang tidak bersifat kuantitatif. Pengukuran dalam akuntansi diarahkan ke penyajian informasi yang relevan untuk penggunaan yang ditetapkan. Keterbatasan data yang tersedia dan ciri-ciri lingkungan membatasi keakuratan dan keterandalan pengukuran.

Kendala-kendala pengukuran tersebut antara lain: Ketidakpastian (Uncertainty) Ketidakpastian dalam akuntansi timbul dari dua sumber utama:

1. Informasi akuntansi diharapkan tetap beroperasi dimasa mendatang, karena alokasi dilakukan antara periode masa lalu dan masa datang, maka asumsi harus dibuat berdasarkan harapan mengenai masa datang.

2. Pengukuran akuntansi sering diasumsikan mengungkapkan kekayaan dalam nilai uang yang membutuhkan estimasi jumlah mendatang yang tidak pasti.

Obyektivitas dan veriabilitas

Obyektivitas mengandung pengertian yang berbeda, diantaranya ialah:

1. Pengukuran yang bersifat impersonal atau berada di luar pikiran orang yang melakukan pengukuran

2. Pengukuran didasarkan pada bukti yang dapat diperiksa

3. Pengukuran didasarkan pada kesepakatan para pihak yang kompeten 4. Lebar-sempitnya dispersi statistis dari pengukuran bila dilakukan oleh pengukur yang berbeda.

5. Bebas dari bias

6. Bebas dari bias atau netral dan wajar merupakan kemampuan prosedur pengukuran untuk memberikan deskripsi yang akurat atas atribut yang sedang diteliti.

Keterbatasan unit moneter. Unit moneter mempunyai keterbatasan sebagai metode pengkomunikasian informasi. Batasan atau kendala yang paling serius disebabkan oleh nilai unit moneter yang tidak stabil dengan berjalannya waktu.

Konservatif

Istilah konservatisme digunakan untuk mengartikan bahwa akuntan harus melaporkan nilai yang terendah dari beberapa nilai yang mungkin untuk aktiva dan pendapatan serta nilai yang tertinggi untuk kewajiban dan beban. Beban harus diakui sedini mungkin dan pendapatan diakui selambat mungkin. Jadi pesimisme dianggap perlu dan lebih baik untuk mengimbangi optimisme yang berlebihan dari manajer dan pemilik. Argumen kedua, laba dan penilaian yang dinyatakan terlalu tinggi lebih berbahaya bagi perusahaan dan pemiliknya daripada penyajian yang terlalu rendah. Artinya konsekuensi kerugian lebih serius daripada keonsekuensi keuntungan. Argumen ketiga, asumsi bahwa akuntan lebih mampu memperoleh informasi yang lebih banyak daripada yang dapat dikomunikasikan kepada para investor dan kreditor. Akuntan dihadapkan pada dua risiko yaitu di satu pihak risiko bahwa apa yang dilaporkan ternyata tidak benar, di pihak lain terdapat risiko apa yang dilaporkan ternyata benar.

Pengungkapan

Secara konseptual pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan, dan secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam roses akuntansi, yaitu penyajian informasi dalam bentuk statemen keungan.

Terdapat beberapa sumber yang mengemukakan pengertian pengungkapan, diantaranya adalah Evans (2003). Dia menyatakan bahwa pengertian dari pengungkapan adalah Penyediaan informasi dalam statemen keuangan termasuk statemen keuangan itu sendiri, catatan atas statemen keuangan, dan pengungkapan tambahan yang berkaitan dengan statemen keuangan. Pengertian pengukapan oleh Evans ini terbatas hanya pada hal-hal yang menyangkut pelaporan keuangan, pernyataan manajemen atau informasi di luar ingkup pelaporan keuangan tidak termasuk. Semantara itu, Wolk, TEarney, dan Dodd memasukkan pula statemen keuangan segmental dan statemen yang merfleksi perubahan harga sebagai bagian dari pengungkapan.

Pengungkapan juga sering dimaknai sebagai penyediaan informasi lebih dari apa yang dapat disampaikan dalam bentuk statemen keuangan formal. Hal ini sejalan dengan gagasan FASB dalam rerangka konseptualnya.

Masalah teoritis yang terdapat did ala pengungkapan adalah sebagai berikut:

  1. Untuk siapa informasi diungkapkan?
  2. Mengapa pengungkapan harus dilakukan?
  3. Seberapa banyak dan informasi apa yang diungkapkan?
  4. Bagaimana cara dan kapan mengungkapkan informasi?

Siapa Dituju

Rerangka konseptual telah menetapkan bahwa investor dan kreditor merupakan piha yang dituju oleh pelaporan keuangan sehingga pengungkapan ditujukan terutama untuk mereka.

Informasi yang diungkapkan untuk kepentingan publik secara umum harus dilindungi dan dilayani, dan juga informasi kualitatif juga dituntut disediakan, sehingga pengungkapan cenderung meluas.

Fungsi atau Tujuan Pengungkapan

Secara umum, tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yag dipandang peru untukmencapai tujuan pelaporankeuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda. Pengungkapan dapat dibagi menjadi beberapa tujuan, yaitu: tujuan melindungi, tujuan informatif, dan tuuan ebuthan khusus.

Tujuan melindungi dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai cukup canggih untuk mendapatkan informasi atau mengolahnya sendiri hingga memperoleh substansi ekonomik dari informasi tersebut, dengan kata lain Pengungkapan ditujukan untuk melindungi perlakuan manajemen yang mungkin kurang terbuka. Sementara itu, tujuan informatif dilandasi oleh gagasan bahwa pemakai yang dituju sudah jelas memiliki tingkat kecanggihan tertentu. dengan demikian, Pengungkapan ditujukan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan pengambilan keputusan pemakai. Keluasan pengungkapan untuk tujuan informatif ini ditentukan BAPEPAM bekerja sama dengan penyusun standar. Bentuk tujuan pengungkapan yang ketiga adalah tujuan kebutuhan khusus. Tujuan kebutuhan khusus ini merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan tujuan informatif.

Keluasan dan Kerincian Pengungkapan

Keluasan dan kerincian pengungkapan berkaitan dengan masalah seberapa banyak informasi harus diungkapkan yang disebut dengan tingkat pengungkapan yang disebut dengan tingkat pengungkapan. Evans (2003) mengidentifkasi tiga tingkat pengungkapan yaitu memadai, wajar atau etis, dan penuh.

Tingkat memadai merupakan tingkat minimum yang harus dipenuhi agar statemen keuangan secara keseluruhan tidak menyesatkan utnuk pengmabilan keputusan. Tingkatan yang kedua, tingkat wajar, merupakan tingkat yang harus dicapai agar semua pihak mendapat perlakuan atau pelayanan informasional yang sama. Tingkatan yang terakhir yaitu tingkat penuh (full disclosure). Tingkat ini menuntut penyajian secara penuh semua informasi yang berpaut dengan pengambilan keputusan yang diarah.

Beberapa pertimbangan yang dapat dilakukan dalam pengungkapan adalah (1) tujuan, (2) kos penyediaan, (3) keberlebihan informasi (overload), (4) keengganan manajemen, dan (5) wajib atau sukarela.

Mempercayakan pengungkapan sepenuhnya kepada manajemen sama saja dengan menyerahkan informasi kepada pasar. Terdapat beberapa rgumen yang mendukung perlunya regulasi dalam penyediaan informasi, yaitu penyalahgunaan, eksternalitas, kegagalan pasar, asimetri informasi, dan keengganan manajemen. Di Indonesia, pihak yangmenjdi regulator adalah BAPEPAM (melalui Peraturan BAPEPAM) dan profesi/IAI (melalui standar akuntansi). BAPEPAM berkepentingan dengan tingkat pengungkapan dan apa yang harus diungkapkan terutama untuk kepentingan pendaftaran publik dan penawaran publik perdana.

Apa yang Diungkap?

Pengungkapan meliputi statemen keuagan itu sendiri dan semua informasi pelengkap. Dengan kata lain, apa yang diungkapkan Berkaitan dengan berbagai proposal tentang komponen-komponen yang harus disampaikan. Dalam pengungkapan informasi kepada pihak lain, terdapat beberapa model yang dapat digunakan, yaitu model Inti, model FASB, model Komite Jenkins, model William, dan peraturan SEC/BAPEPAM.

Motode Pengungkapan

Metode pengungkapan berkaitan dengan masalah bagaimana secara teknis informasi disajkan kepada pemakai dalam satu perangkat statemen keuangan beserta informasi lain yang berpaut. Motode ini biasanya ditentkan secara spesifik dalam standar akuntansi atau peraturan lain.

Informasi dapat disajikan dalam pelaporan keuangan sebagai antara lain pos statemen keuangan, catatan kaki (catatan atas statemen keuangan), penggunaan istilah teknis (terminologi), penjelasan dalam kurung, lampiran, penjelasan auditor dalam laporan auditor, dan komunikasi manajemen dalam bentuk surat atau pernyataan resmi.

Sarana Interpretif

Pengungkapan dapat dikatakan sebagai sarana interpretif dalam tataran praktis untuk menambah kebermanfaatan dan keberpautan informasi akuntansi yang disajikan melalui media statemen keuangan. Sarana interpretif dalam tataran praktis mengandung pengertian bahwa butir-butir pengungkapan telah diakui sesuai dengan standar akuntansi yang mengaturnya sehingga sesuai dengan tujuan pelaporan keuangan itu sendiri.

Dalam tataran praktis, terdapat suatu rerangka atau struktur akuntansi pokok atau pelaporan keuangan pokok yang membatasi pengungkapan sesuai dengan tujuan pelaporan keuangan. Tanpa rerangka pokok tersebut akan banyak hal yang akan dituntut untuk diungkapkan, dilampirkan, atau dimasukkan dalam pelaporan keuangan. Rerangka pokok juga diperlukan untuk membatasi tanggungjawab auditor dalam menetapkan kewajaran statemen keuangan. Pelaporan keuangan pokok itu sendiri diartikan sebagai pelaporan yang langsung ditentukan oleh standar akuntansi atas dsar pertimbangan keterandalan dan keberpautan.

Sarana interpretif adalah upaya-upaya untuk meningkatkan kebermanfaatan rerangka akuntansi pokok dengan berbagai usulan untuk mengatasi kelemahan kos historis sebagai basis penilaian. Terdapat beberapa permasalahan yang berkaitan dengan teori ini, yaitu dengan berjalannya waktu, nilai berubah sementara kos tidak, dan apakah rerangka akuntansi pokok diganti atau sekadar ditambah sarana interpretif. Kos dapat didefinisikan sebagai penghargaan sepakatan pada saat suatu objek diperoleh dan menjadi data dasar dalam akuntansi, sedangkan nilai didefinisikan sebagai persepsi terhadap manfaat suatu objek setiap saat dan dinyatakan dalam satuan moneter.

Hal yang menjadi permasalahan adalah, perlukah kos direvisi terus secara periodik? Karena suatu persepsi selalu berubah dengan berjalannya waktu. Terdapat pro dan kontra terhadap permasalahan ini. Argumen yang mendukung hal tersebut menyatakan bahwa keberpautan keputusan sebagai salah satu kualitas informasi baik untuk kepentingan manajemen maupun pihak luar. Untuk kepentingan manajemen, perhitungan laba tiap perioda hendaknya mencerminkan dengan jelas perubahan ekonomik penting termasuk rugi dan untung yang belum terealisasi yang terjadi akibat penurunan dan kenaikan nilai faktor-faktor jasa yang masih belum digunakan. Untuk kepentingan pihak luar, angka laba yang dihasilkan akan mendekati laba ekonomik, sehingga neraca akan menunjukkan nilai perusahaan pada saat itu.

Argumen yang menyanggah revisi terhadap kos, diantaranya adalah Paton dan Littleton (1970) yang menyatakan bahwa adanya perubahan nilai tidak berarti bahwa rerangka akuntansi pokok berbasis kos tidak lagi bermanfaat sehingga harus diganti. Tujuan utama akuntansi adalah pengukuran laba periodik dengan menggunakan proses menandingkan kos dan pendapatan secara sistematik.

Revisi Kos Fasilitas Fisis

Dalam beberapa hal khusus, penilain kembali fasilitas fisis yang berakibat revisi terhadap kos tercatat tidak dapat dihindari. Beberpa hal khusus yang menghendaki penilaian kembali adalah perusahaan akan dibeli, kuasi reorganisasi, penggadaian aset, peraturan pemerintah yang mengharuskan revaluasi, terjadinya musibahyang menghendaki penilaian untuk menentukan jumlah ganti rugi/asuransi, penilaian aset untuk keperluan penentuan nilai asuransi aset, penentuan nilai aset untuk keperluan pajak.

Terdapat juga pro dan kontra terhadap revisi kos fasilitas fisik ini. alasan yang dikemukan oleh pihak yang mendukung revisi adalah adanya distorsi informasi ekonomik dan distorsi dana penggantian. Distorsi informasi ekonomik adalah kos tercatat menghasilkan biaya yang tidak efektif/tidak bermanfaat secara ekonomik sehingga mendistorsi daya melaba yang sesungguhnya. Sementara itu, yang dimaksud dengan distorsi dana penggantian adalah kondisi tingkat harga-harga barang menurun akuntansi depresiasi atas dasar kos historis cenderung menghasilkan akumulasi dana yang berlebihan untuk tujuan penggantian.

Disisi lain, alasan-alsan yang dikemukan oleh pihak yang menyanggah revisi adalah prosedur tidak praktis, penilaian tidak terandalkan, depresiasi bukan akumulasi dana, dan revisi dimungkinkan sebagai pelengkap dan pencatatan dilakukan dengan akun kontra atau penambah.

Pengurangan Nilai Buku Fasiitas Fisis

Berkaitan dengan revisi kos fasiitas fisis adaah pengurangan atau penghapusan sebagian kos atau nilai buku karena alasan teknis atau ekonomik tertentu dan bukan semata-mata karena penurunan harga ata devaluasi. Pengurangan dapat dilakukan kalau suatu kondisi menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan asset untuk mendatangkan laba atau kas di masa datang.

PSAK No. 48 memberikan pedoman untuk mengidentifikasi adanya penurunan kemampuan suatu aset. Secara teknis, suatu aset dikatakan mengalami penurunan kemampuan bilamana nilai tercatat (nilai buku) aset melebihi apa yang disebut jumlah rupiah atau jumlah terperoleh kembali. Sedangkan secara substantif, pada setiap tanggal neraca perusahaan harus mempertimbangkan berbagai kondisi eksternal dan internal yang memberi indikasi bahwa penurunan emampuan telah terjadi.

Kalau fasilitas fisis tertentu tidak digunakan karena alasan musim atau lainnya maka pengangguran sementara fasilitas tersebut tidak dapat dijadikan alasan untuk melakukan pengurangan besar kos aset. Demikian juga halnya dengan pengurangan intensitas penggunaan sama sekali tidak dapat dijadikan alasan untuk pengurangan kos menjadi rugi.


Blog Stats

  • 3.916.122 hits